VIK

Kopi Nusantara

yang Menyatukan

Lanjut

Kopi tak lagi sekadar minuman, namun sudah menjadi jalan hidup, memasok energi bagi sebagian ritme manusia, dan menjelma menjadi bahasa universal yang menyatukan semua kalangan.

Di bawah naungan kafe-kafe kopi di berbagai pelosok, para pengunjung bisa bebas berbagi pengetahuan secara egaliter.

Di atas meja kopi, mereka bisa seharian berdiskusi tentang harga cabai hingga merencanakan revolusi.

Di kebun-kebun kopi, para petani sengaja menanamkan benih-benih harapan yang nantinya bisa diseduh semua strata sosial.

Inilah kisah mereka yang percaya bahwa kopi Nusantara pun mampu mendorong perubahan.

Kopi, siapa yang tak mengenal minuman yang satu ini. Meski hitam warnanya, pahit rasanya, kopi digemari sejak abad ke-9.

Di zaman milenial ini, kopi bisa dibilang sudah naik kelas. Kalau dulu biasa diseruput di warung, kini secangkir kopi bisa kita nikmati di mana saja, seperti di mal, hotel, atau bahkan di kedai spesialis kopi.

KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES

Filosofi Kopi, Ben dan Jody

Belakangan ini kedai spesialis kopi, yang menyajikan minuman kopi dengan berbagai varian, semakin menjamur.  Kedai-kedai itu bisa dijumpai di berbagai  sudut kota. Sungguh bisnis yang menjanjikan.

Dari orang biasa, pebisnis, hingga selebritas mencoba peruntungan dengan berjualan minuman kopi.

Pada awal 2015 lalu, sebuah kedai bernama Filosofi Kopi dibuka di Jalan Melawai, Blok M, Jakarta Selatan. Kedai itu berada di lantai dasar salah satu ruko yang sudah sekitar 17 tahun tak digunakan.

Tampak depan, ada deretan jendela dan pintu kaca berhias mural yang membuat kesan transparan. Masuk ke dalam, aroma kopi langsung menyeruak di setiap penjuru ruangan yang tak terlalu besar.

Dindingnya polos, hanya terlihat tumpukan batu bata yang direkatkan dengan semen. Di pojok ruang ada pemandangan yang menyita perhatian. Gambar cangkir kopi berukuran besar,  logo kedai itu.

Di tengah ruangan ada bar tempat barista meracik kopi. Bar itu dikelilingi barisan kursi dan meja berdesain tempo dulu.

Konsep kedai Filosofi Kopi dibuat mirip dengan penggambaran kedai kopi milik Ben dan Jody, dua sahabat dalam cerpen berjudul sama karya penulis Dee Lestari.

Ya, kedai Filosofi Kopi memang berasal dari situ. Dari cerita pendek lalu diangkat ke layar lebar kemudian berwujud kedai kopi. 

KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES

Filosofi Kopi, Ben dan Jody

Rio Dewanto, aktor pemeran Jody dalam film “Filosofi Kopi”, mengatakan bahwa kedai itu lahir dari secangkir kopi.

“Filosofi Kopi berkembang sampai sekarang karena awalnya dari secangkir kopi. Kami nongkrong, ngopi bareng, wah ada muncul ide ini itu,” ujar Rio saat berbincang dengan Kompas.com.

“Dari awal memang kami sudah bicarakan gimana kalau kami bikin filmnya lalu bikin kedainya beneran. Akhirnya setelah kami pikir-pikir kami sepakat ya sudah kami seriusin sekalian. Saya sekolah barista, Jody juga belajar tentang bisnisnya seperti apa,” timpal Chicco Jerikho, pemeran Ben.

Kedai itu, lanjut Chicco, adalah bagian kecil dari semesta “Filosofi Kopi” yang mereka bangun. Chicco dan Rio tak berdua saja, ada produser Handoko Hendroyono dan sutradara Angga Dwimas Sasongko yang ikut membangun kedai itu.

Berdiri tiga bulan setelah film Filosofi Kopi pertama tayang, kedai itu awalnya ditujukan untuk memberikan pengalaman sinematik bagi penonton filmnya.

“Jadi, ketika orang udah nonton, mereka bisa dapat cinema experience ketika mereka pergi ke kedai kopi. Mereka juga bisa tahu, oh seperti ini ngobrol sama barista. Filosofi Kopi bener-bener ada, Ben dan Jody itu ada. Tiap kali kami ke kedai kopi, orang pasti manggil Ben dan Jody,” ujar Chicco.

KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES

Filosofi Kopi, Ben dan Jody

Sebagai pemilik kedai kopi, Chicco Jerikho dan Rio Dewanto termasuk orang yang memiliki peran penting dalam perputaran roda bisnis mereka. Tak hanya berperan sebagai pemodal, mereka juga kerap berdiri di belakang meja kasir atau mesin penyeduh kopi.

“Kami bagi-bagi tugas, barista dan experience pengunjung itu urusan Ben. Kalau Jody urusan bisnis dan lain-lain,” ucap Chicco.

Sambil menerima pesanan, Rio menimpali bahwa ia menjabat sebagai Direktur Pengembangan Bisnis di PT Filosofi Kopi Mandiri.

“Jadi untuk developing produk dan cabang baru ya itu urusan saya. Jadi kalau buka kerja sama, biasanya saya yang presentasiin,” ujar Rio. 

“Terus ya berhubungan sama Chicco biasanya ngomongin menu dan experience kedainya seperti apa. Seperti Ben dan Jody in real life,” imbuhnya.

Chicco tak bisa sering mengunjungi Filosofi Kopi karena kesibukan masing-masing. Namun kadang-kadang mereka dan pemilik lainnya sengaja mengadakan rapat  atau pertemuan kecil di kedai itu.

“Sekalian sambil ngontrol kedai. Ya kalau ada kerjaan, pasti jarang ke sini. Mampirnya paling tiap Minggu,” ujar Chicco sambil meracik kopi pesanan pelanggan.

Pemberi nyawa kedai Filosofi Kopi

Kopi memang “pemeran utama” di kedai Filosofi Kopi. Namun, ia tak “bermain” sendiri. Banyak pemain pendukung yang terlibat di kedai itu.

Sebut saja mural putih karya musisi Abenk Alter yang menghiasi jendela dan pintu kaca kedai Filosofi Kopi. "Penyambut tamu" yang artistik itu mampu menyentil rasa penasaran orang  untuk mampir.

Dinding-dinding bagian dalam kedai ini juga menawarkan suasana baru dengan  beberapa lukisan karya seniman lokal.

“Nanti ke depannya akan beda lagi (karya mural). Banyak lukisan temen-temen yang ditaruh di sini,” ucap Rio.

KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES

Filosofi Kopi, Ben dan Jody

Karya seni yang lain juga bisa dilihat dari merchandise yang dijual di kedai tersebut. Di pojok ruangan sebelah kanan, terdapat beberapa tumbler dan kaus bergambar logo Filosofi Kopi. Ada pula beragam jenis gelang bikinan Circle Kylie.

“Itu produk lokal. Kami juga jualan makanan kolaborasi, onigiri,”kata Rio menunjukkan beberapa potong onigiri.

Suami aktris Atiqah Hasiholan ini mengatakan, dia dan pendiri kedai Filosofi Kopi lainnya sejak awal ingin mengusung semangat kolaborasi untuk memberi nyawa pada kedai mereka.

“Kalau ke kedai ini, kalian bisa merasakan kolaborasi yang kami coba jalanin di Filosofi Kopi. Kami enggak mau hanya kami aja, tetapi pengin ngajak temen-temen. Spirit kolaborasi itu yang pengin kami bawa terus,” kata Rio.

“Jadi ya semua seniman lokal, artis lokal, brand lokal, kami coba untuk bikin skema kerja sama. Win win solution seperti apa. Mereka bisa dapat etalase jualan di sini dan bisa dikenal semua orang,” imbuhnya.

Bukan kisah Ben dan Jody dalam Filosofi Kopi saja yang bisa menambah nikmatnya secangkir kopi Anda hari ini, tetapi masih ada cerita tentang lahirnya Endah N Rhesa.

Duo yang terdiri dari vokalis sekaligus gitaris Endah Widiastuti dan pemain bas Rhesa Aditya ini mengaku mengawali karier bermusik mereka dari satu kedai kopi ke kedai yang lain pada 2004 lalu.

“Kami dulu membentuk duo Endah N Rhesa juga dari tempat-tempat kopi begini,” kata Rhesa membuka orbrolan santai di kedai kopi Earhouse yang ia dirikan bersama Endah, istrinya.

“Salah satunya, kami tumbuh dengan coffee shop-coffee shop yang ada di bilangan Kemang," sambungnya.

KOMPAS.com/DIAN REINIS KUMAMPUNG

Endah Widiastuti

Kedai kopi menyimpan banyak cerita bagi Endah N Rhesa. Karena itu pula, mereka ingin bernostalgia dan kembali berdendang di tengah para penikmat kopi. Dari situlah suami-istri ini mulai tertarik membuka kedai kopi yang mereka nilai bisa mendekatkan para penikmat kopi, meski tidak saling mengenal.

Coffee shop itu menurut kami menarik, karena satu meja dengan meja lain bisa duduk bersebelahan tanpa saling kenal, bisa saling menegur. Esensi coffee shop kan sebenarnya itu," ujar Endah.

Gagasan mendirikan kedai kopi bernama Earhouse muncul  ketika Endah N Rhesa pelesiran ke Perancis pada 2013 lalu. Di negara itulah mereka makin mantap untuk membuka kedai kopi di Tangerang Selatan. Pamulang tepatnya.

“Awalnya dari perjalanan kami ke Perancis tahun 2013, kami tampil di acara Midem Festival. Di sana ada sebuah diskusi yang menghadirkan beberapa manajer musik, salah satunya adalah Steve ‘Renman’ Rennie eks manajernya Incubus," kata Endah.

Duo yang melahirkan album Look What We've Found seakan dicekoki Renman dengan obrolan yang bergizi. Mereka berdiskusi seputar menajemen hingga dapur musisi independen.

KOMPAS.com/DIAN REINIS KUMAMPUNG

Endah N Rhesa

“Di situ dia menjelaskan manajemen musisi independen serta segala kelebihan dan kekurangannya, sampai akhirnya muncul ke diskusi, jadi apa yang harus dilakukan musisi untuk terus bisa berkarya? Dia bilang, mulai dari tempat lokalmu,” tutur Endah.

“Ya akhirnya entah bagaimana, di situ terpikirnya kalau dari tempat lokal, oke kita dari Indonesia, lebih mengerucut lagi Tangerang Selatan, terus ke Pamulang. Jadi, kami merasa wah kok belum bikin sesuatu ya di Pamulang,” sambungnya.

Misi balas budi kepada kedai kopi tersirat dalam benak Endah N Rhesa. Karena merasa memiliki “akta kelahiran” di kedai kopi, Endah N Rhesa tertarik untuk membantu membidani musisi muda yang ingin berkarya.

Mereka berdua menyediakan jadwal khusus untuk berbagi ilmu yang dibalut suasana santai.

“Memang ada hari-hari khusus untuk sesuatu, misalnya Senin ada songwritting class ya, terus Rabu ada open stage kayak jamming, bisa stand up comedy, baca puisi, apa saja. Biasanya aku ada di situ sama Rhesa untuk sekadar nonton, habis itu diskusi," tutur Endah.

“Kamis biasanya di sini ada showcase, biasanya teman-teman yang mau memainkan lagunya sendiri bisa promosi juga, atau sekadar pengin uji nyali, itu bisa dalam waktu satu jam. Itu adalah kesempatan untuk melihat, ‘Wah kapan ya ada musisi baru’, sekalian silaturahim juga. Lebih kurang itu sih. Jadi, memang ya ini adalah tempat untuk berkreasi ya,” lanjutnya.

Endah menyebut, dalam tiga tahun belakangan ini sudah ada beberapa orang berbakat yang bisa unjuk gigi mencipta lagu berkat mengikuti kegiatan di kedai kopi Earhouse.

“Ini sudah berjalan tiga tahun belakangan dan sudah menghasilkan beberapa musisi yang akhirnya sudah bisa menulis lagu sendiri. Bahkan, sudah ada yang bisa cari job sendiri juga,” imbuhnya.

KOMPAS.com/DIAN REINIS KUMAMPUNG

Endah N Rhesa

Kedai Earhouse juga memiliki menu-menu unik yang menjadi salah satu daya tarik. Endah N Rhesa memberi nama menu makanan dan minuman di kedai kopi milik mereka dengan cara yang tidak biasa.

“Biasanya kami punya menu ‘Pirates Black’, itu kopi yang hitam, jadi seperti bajak laut sukanya kopi hitam, itu kami punya kopi seperti itu. Kami juga punya menu yang kami ambil dari nama kru kami, namanya Wahyu, dia itu suka bikin nasi gila waktu di Surabaya, jadi kami bikin menu Wahyu Crazy Rice,” tutur Rhesa bercerita.

Endah N Rhesa juga menamai makanan dan minuman yang inspirasinya diambil dari nama orang terdekat atau juga bisa dari salah satu judul lagu mereka.

“Di sini ada namanya Remember Milk. Itu diambil dari lagu kami, ‘Remember Me’, jadi itu kopi susu biasa. Terus ada Endah Salty Breath, ada Rhesa Sweet Breath, ada minuman racikan manajer kami, Sandy Shake, itu juga menu favorit, jadi dia racik sendiri minumannya,” kata Rhesa.

Rhesa menuturkan, pada awal berdirinya Earhouse mereka bekerja sama dengan pemuda asal Semarang, Gatot Hendra Putra.

KOMPAS.com/DIAN REINIS KUMAMPUNG

Endah N Rhesa

“Dia anak band di sana, cukup populer di sana. Akhirnya kami bekerja sama dengan beliau, bahkan kami mengabadikan namanya di salah satu menu kami, MG Dream Land. MG itu Mas Gatot. MG Dream Land itu juga kopi campur cokelat campur susu,” lanjutnya.

Menurut Endah,  para pelanggan biasanya bertanya tentang nama-nama menu yang tak biasa itu. Dengan menjelaskan maksudnya, Endah dan Rhesa berinteraksi dengan mereka.

Cerita belum usai meskipun secangkir kopi hangat telah habis diseruput oleh penikmatnya. Masih ada ampas kopi yang menyimpan sejumlah cerita dan tanya.  Konon ampas kopi bisa menggambarkan kilasan nasib atau suasana hati sang peminum kopi.

Vokalis jazz Syaharani misalnya, ia mengaku baru mengetahui bahwa orang Turki memiliki kebiasaan meramal seseorang dari ampas kopi.

“Jadi di berbagai daerah punya cerita sendiri. Saya pernah traveling sama sahabat saya, lalu kami duduk di kafe di Amsterdam. Ya sudah, kami pesan kopi. Di situ kami ngobrol-ngobrol sama baristanya, dia orang Turki,” ujar Syaharani sambil menyeduh kopi di kediamannya.

“Jadi, dia suruh kami minum, ‘Nanti kalau sudah selesai kasih saya’. Ampasnya kalau sudah habis ditutup dan disuruh kocok-kocok, lalu dibuka, dan akan ada hasil peta dari ampas kopi,” imbuhnya.

KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO

Syaharani

Syaharani bercerita, jantungnya berdegup kencang ketika sang barista mulai memperhatikan bentuk ampas kopi tersebut. Ia mencermati dengan saksama pola yang terbentuk.

“Dia lalu ngebuka dan meramal dari situ, dibacain hasilnya,” kata perempuan yang akrab disapa Rani itu.

Pengalaman ini menambah wawasan Rani. Ia mengatakan bahwa setiap negara memiliki budaya yang berbeda dalam menikmati secangkir kopi. Cerita yang tersaji pun tentu akan berbeda.

“Jadi, di beberapa tempat ada hal yang mendalam banget sampai ke arah situ. Sampai mereka bisa melihat peta dari ampas kopi, itu kan hal yang menjadi sangat prestisius, dan hal spiritual; dan mereka punya culture di dalam minum kopi. Itu membuat aku lebih senang, sih,” ujarnya.

Gigit jari karena kopi yang tertinggal

Suatu kali, Syaharani pernah gigit jari tak bisa menyeruput kopi kegemarannya. Hal itu terjadi ketika ia berwisata ke Air Terjun Coban Rondo, Malang, Jawa Timur.

“Baru tiga bulan saya ada hiking dengan teman-teman di Malang. Jadi, mau ke Batu, dan di sana ada Air Terjun Coban Rondo. Di atasnya ada air terjun dan ada mata air,” cerita Rani.

Ia membayangkan betapa nikmatnya minum kopi di Coban Rondo setelah mereka menguji adrenalin dengan kegiatan river tracking.

“Kami dari pagi sudah siap, Si Bima temanku bilang, 'Mbak, kita lihat Sumber Brantas dulu'. Akhirnya kami jalan ke sana, pokoknya seru. Ketika itu mobil kami cuma sampai di bawah dan parkir di sana,” ujar Rani.

Selama melawan arus dan menerjang bebatuan, Rani tak jarang memompa semangat kawan-kawannya.

“Ayo semangat, sebentar lagi sampai. Nanti kita ngopi-ngopi. Pokoknya kasih semangatlah,” katanya.

Apes menimpa Rani. Ketika sampai di lokasi yang dituju, dia langsung mengeluarkan termos yang berisi air panas untuk menyeduh kopi.

KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO

Syaharani

Namun, kala ingin menikmati legitnya kopi hitam, alih-alih Rani terhenyak ketika tak menemukan bungkus kopi yang sudah ia siapkan.

“Enggak tahunya kopi itu ketinggalan di mobil, ya sudah kami jadi bengong enggak bisa ngopi. Padahal sudah kebayang sampai di air terjun itu dingin-dingin kami minumnya kopi panas kan asyik banget ya,” kenang Rani lalu tertawa.

Rasa cinta Rani kepada kopi pun diketahui oleh teman-temannya. Tanpa diminta, ada saja temannya yang mengirim bubuk dan biji kopi dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri.

“Mungkin sudah dua tahunan ini ada kiriman kopi. Aku juga saling kirim ke beberapa sahabat,” kata dia.

Rani juga biasa melakukan barter oleh-oleh bubuk atau biji kopi dengan teman-temannya. Ada beberapa koleksi bubuk kopi yang Rani dapat dari pemberian teman-temannya.

Kopi robusta Van Cantang asal Malang, kopi gayo Horas dari Aceh, dan WK Aming dari Pontianak menjadi buah tangan yang diterima Rani dari teman-temannya. 

Atau Rani membeli langsung asalnya. Misalnya, kopi Bajawa yang ia beli ketika berkunjung ke Flores, Nusa Tenggara Timur.

 Saat itu, Rani berkunjung ke koperasi setempat untuk melihat bagaimana proses menanam kopi di perkebunan, mengolah biji kopi, hingga menjadi bubuk yang siap diseduh.

Selain itu, ada juga bubuk kopi yang Rani dapatkan dari musisi Ivan Nestorman. Kopi itu merupakan hasil perkebunan Ivan di Ruteng, Flores.

“Ini adalah kopi dari Ruteng, kebunnya Ivan Nestorman. Jadi, dia punya kebun kopi satu keluarga. Waktu panen dan nginap di sana, dikasih kopi enak banget,” ucapnya.

Terakhir ada Oasis Greek, kopi yang dibelinya di sebuah pasar di Perth, Australia.

“Kopi ini warnanya agak coklat, tidak gelap, aromanya tidak sekuat kopi-kopi di Indonesia,” ucap dia.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan kopi dan menyebar ke penjuru daerah. Hampir setiap daerah memiliki kopi yang khas, baik dari aroma maupun cita rasa.

Beberapa kopi khas daerah bahkan sudah dikenal di dunia internasinonal, seperti kopi Sumatera, Gayo, dan Toraja.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Kasno (60) memanen kopi arabika varietas Kartika di Dusun Pangukrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (27/6/2014). Hasil panen tersebut dalam keadaan basah laku dijual Rp 7.500 per kilogram. Hawa sejuk di kawasan lereng Gunung Merapi tersebut membuat budidaya kopi dapat berkembang dengan baik.

Dari Sumatera, kopi yang sudah go international adalah kopi Sidikalang, Lintong, dan Mandaling. Kopi-kopi ini dikenal dengan tekstur yang lembut dan memiliki bau yang tajam. Rasanya pun unik dengan aroma rempah.

Lalu kopi Gayo asal Aceh tak kalah menarik. Kopi yang berasal dari Tanah Gayo, Aceh Tengah, ini memiliki ciri khas rasa yang pahit tetapi gurih. Kopi ini juga memiliki kandungan asam rendah. Bagi yang bermasalah dengan lambung, mungkin kopi Gayo bisa dicoba.

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO

Biji kopi produksi dari kebun di Vila MesaStila, Magelang, Jawa Tengah, Senin (13/10/2014). Vila MesaStila dahulu merupakan rumah pemilik kebun kopi asal Belanda, Gustav Van Der Swan tahun 1928 dan pernah berpindah kepemilikan pada HOS Cokroaminoto.

Kopi asal Sulawesi yang paling terkenal adalah kopi Toraja. Berbeda dengan Gayo, kopi Toraja cenderung memiliki kadar keasaman tinggi sehingga rasanya pun lebih asam dengan aroma khas earthy. Bijinya pun kecil dan mengilap. Bagi yang bermasalah dengan lambung, kopi Toraja rasanya kurang cocok untuk dijadikan minuman santai saat pagi hari.

Selain Sumatera, Aceh, dan Sulawesi, daerah-daerah lain juga menghasilkan kopi dengan aroma dan cita rasa khas. Misalnya kopi Bali Kintamani, kopi Jawa, kopi Wamena, dan kopi Flores.

Kopi Aceh

Kopi di tanah Aceh tersebar di sejumlah daerah, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Kopi tersebut terkenal dengan sebutan kopi Gayo. Rata-rata kopi ini ditanam di dataran tinggi di tiga daerah tersebut.

Secara historis, kopi di Aceh muncul sekitar abad ke-17, pada masa penjajahan Belanda. Kopi ini terbilang nikmat sehingga dijadikan primadona oleh Belanda. Bahkan, Belanda menyebut kopi ini produk masa depan karena saat itu sangat diminati di pasar luar negeri. (Tanah Air: Kopi Gayo, Warisan yang Menghidupi/Harian Kompas edisi Sabtu, 20 Agustus 2011) 

Kini, kopi Gayo, selain terkenal di negeri sendiri, juga dikenal oleh penikmat kopi di luar negeri, terutama di Uni Eropa.

Terdapat 60 varietas dan cultivated variety kopi Gayo. Namun, dari banyak varietas itu, dua di antaranya diambil untuk dikembangkan, yakni varietas Gayo 1 dan Gayo 2. Pengembangan dua varietas ini merupakan saran dari Kementerian Pertanian karena keduanya dianggap memiliki kualitas baik.

Menurut Mahdi, Ketua Gayo Cupper Team (GCT), sebuah asosiasi penguji cita rasa kopi, salah satu ciri khas kopi arabika Gayo adalah kecenderungan pada rasa yang tidak konsisten. Hal itu terjadi karena perkebunan kopi di daerah ini memiliki ketinggian yang berbeda, serta cara budidaya yang beragam.

Kopi arabika yang ditanam pada ketinggian di bawah 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) cenderung menghasilkan kualitas fisik jelek dan cita rasa yang tidak disukai oleh penikmat kopi pada umumnya. Keasaman kopi rendah dan kurang kental. Sementara itu, kopi yang ditanam di atas ketinggian 1.200 mdpl menghasilkan biji kopi yang baik dengan cita rasa yang lebih kompleks.

Kopi Sumatera

Sumatera juga memiliki kopi yang memiliki cita rasa nikmat. Beberapa jenis kopi Sumatera yang sudah terkenal di dalam dan luar negeri adalah kopi Sidikalang, Besemah, dan arabika Dolok Sanggul.

Biji kopi Sidikalang memiliki tekstur yang lambut, tetapi rasanya berat. Rasa khas ini dikatakan sebagai hasil perpaduan cuaca sejuk dengan tanah di ketinggian 1.500 mdpl.

Selain Sidikalang, Sumatera juga memiliki kopi Besemah. Tanaman kopi ini terletak di daerah perbukitan dan pegunungan Pagaralam. Jenis kopi robusta ini sangat diminati karena memiliki aroma yang istimewa dan kuat. Wanginya sudah tercium sebelum kopi tersebut dibuat. Konon, kopi ini merupkan minuman favorit Ratu Juliana pada zaman penjajahan Belanda dulu.

Lalu, Dolok Sanggul yang merupakan kopi khas Sumatera Utara, tepatnya di Kecamatan Dolok Sanggul, ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan.

Kopi Dolok Sanggul memiliki karakter khas, yakni ukuran biji hijau kebiru-biruan yang mungil dengan aromanya menyengat. Saat diseduh, aromanya kuat. Rasa asam buah memikat, terdapat semacam rasa cokelat atau gula merah, pahitnya segar dan lekat di langit-langit mulut.

Sumatera juga memiliki kopi arabika dan robusta di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, terutama di tanah dengan ketinggian 500-1.500 mdpl di Desa Segampit, Kecamatan Semendo. Rasanya mirip cokelat keasam-asaman.

Kopi Lampung

Lampung juga dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia. Sebagian besar, jenis kopi yang ditanam adalah robusta.

Salah satu kopi Lampung yang terkenal adalah kopi Ulubelu. Nama Ulubelu sendiri diambil dari nama kecamatan di Tanggamus, tempat kopi tersebut ditanam.

Kopi Ulubelu memiliki karakteristik biji kopi yang sedikit berbeda dari jenis kopi robusta di daerah lainnya. Kopi ini memiliki bentuk buah atau biji kopi yang lebih bulat dari kebanyakan kopi robusta, terutama kopi robusta daerah lain di Lampung.

Selain itu, cita rasa kopi Ulubelu lebih berat menunjukkan kandungan zat yang lebih banyak pada sebuah biji kopi, serta memiliki rasa yang sangat lezat dengan aroma begitu khas. Ada yang bilang aromanya seperti cokelat atau gula aren.

Kopi Ulubelu bisa mudah didapat di berbagai outlet makanan khas Lampung hingga swalayan di Kota Bandar Lampung. Bahkan, kopi Ulubelu Lampung kemasan modern telah merambah pasar luar daerah.

Sebagian besar penduduk setempat menyajikannya dengan mencampurkan gula aren pada seduhan kopi tubruknya.

Kopi Jawa

Jawa punya macam kopi lebih banyak daripada daerah lain. Sebab, wilayah Jawa lebih luas dan hampir di setiap daerahnya terdapat produk kopi. Sebut saja di Malang ada kopi Dampit, Bondowoso punya kopi Raung dan Ijen, Yogyakarta memiliki kopi Merapi, demikian halnya dengan Kendal.

Kopi Dampit menjadi brand untuk kopi di Malang. Kopi ini memiliki aroma dan cita rasa cokelat karamel.

Kopi Ijen Raung diambil dari nama dua gunung yang mengapit Bondowoso, yakni Gunung Ijen dan Raung. Kopi arabika Ijen Raung memiliki rasa khas masam, cokelat, pedas, serta beraroma rempah-rempah. Rasa asam itu dihasilkan karena kopi tersebut tumbuh di lereng gunung dengan ketinggian di atas 1.000 mdpl.

Sementara itu, nama kopi Merapi memang tak sepopuler macam lainnya. Padahal, kopi tersebut sudah dibudidaya sejak zaman kolonial Belanda. Kopi tersebut ditanam di lereng Gunung Merapi yang hingga kini masih aktif.

Kopi Merapi memiliki cita rasa halus, berbeda dari kopi lainnya. Hal itu diperoleh karena kopi Merapi ditanam di tanah vulkanik sehingga tekstur dan rasanya cenderung lebih halus.

Untuk Kendal, ada kopi varietas exelsa dan robusta. Kopi Kendal memiliki tiga aroma, yakni buah nangka, pisang, dan cengkeh. Kopi yang beraroma buah nangka adalah varietas Exelsa, sedangkan kopi yang mempunyai aroma buah pisang adalah varietas robusta.

Kopi Bali dan Lombok

Bali memiliki kopi khas yang biasa disebut Kintamani. Kopi ini sebagian besar dikembangkan di Desa Mengani sekitar Danau Kintamani. Maka dari itu, sebagian orang ada yang menyebut kopi khas Bali adalah Mengani atau Kintamani Mengani.

Di Desa Mengani, 95 persenkopi yang ditanam berjenis “kobra”. Disebut “kobra”, kopi ini kali pertama dikembangkan di Kolombia dari hasil persilangan Caturra dengan Hibrido de Timor, tetapi kemudian lebih populer di Brasil.

Kopi Kintamani olahan Pabrik Kopi Mengani memiliki kekhasan rasa tersendiri. Aroma yang muncul adalah buah longan, melon, dan karamel dari selai nanas pada kue nastar. Rasa ini tidak lepas dari faktor tanah, varietas, dan teknik pengolahan.

Kopi Lombok yang cukup dikenal di Indonesia, terutama yang diolah di Dusun Prabe, Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.

Tahun 2013, nama kopi “Lombok” berganti dengan nama kopi “Prabe Lombok”. Lalu tahun 2015, namanya kembali berubah menjadi kopi “Radja Lombok”.

Selain kopi Radja Lombok, Dusun Prabe juga mengeluarkan Kopi Sembalun yang ditanam di lereng Gunung Rinjani. Kopi Sembalun dibuat dari biji kopi pilihan yang benar-benar sudah matang.

Kopi Sulawesi

Berbicara tentang kopi di Sulawesi, pasti mengarah ke kopi Toraja. Kopi ini termasuk legendaris dan sudah dikenal hingga ke luar negeri.

Kopi Toraja dulu dikenal sebagai minuman santai kaum elite. Bahkan, oleh masyarakat Toraja sendiri, kopi tersebut disebut minuman para dewa (Kopi Toraja, Kopi Para Dewa/Harian Kompas edisi 14 Agustus 2016).

Kopi juga dijadikan minuman pesta-pesta para elite di Batavia pada abad ke-19, dan menjadi komoditas yang diperebutkan para pedagang besar di Sulawesi.

Kopi Toraja memiliki dua varietas, yakni arabika dan robusta. Keduanya memiliki kandungan asam yang cukup rendah. Kopi Toraja ini tidak meninggalkan rasa pahit, sensasi rasa pahit langsung hilang seketika pada tegukan pertama.

Umumnya rasa kopi Toraja serupa dengan kopi Sulawesi, yaitu memiliki rasa khas tanah dan hutan dengan kandungan asam rendah. Hal ini sangat dipengaruhi oleh proses pemetikan biji kopi menggunakan teknik tertentu.

Kopi Papua

Kopi asal Papua terbilang salah satu kopi terbaik di Indonesia. Sebagian orang menyebut rasa kopi asal Papua yang mayoritas varietas Arabika ini sangat nikmat, terlebih kopi yang ditanam pada ketinggian 2.000 mdpl, yakni di puncak Pegunungan Jayawijaya.

Dikutip Kompas Travel, Kwei Ing, salah satu penyedia kopi arabika Papua saat Organic Weekend Festival di Hotel Crowne Plaza Bandung, Sabtu (19/3/2016), menyebutkan, kopi arabika dari dataran tinggi Papua merupakan salah satu kopi terbaik yang dimiliki Indonesia.

“Kopi arabika yang ditanam di area puncak pegunungan Jayawijaya memiliki kadar asam yang mendekati nol, dan kafein yang rendah. Karena semakin tinggi tempatnya, kopi arabika akan semakin bagus,” ujar Ing.

Menurut Ing, kopi arabika ditanam pada ketinggian 2.000 mdpl. Secara geografis, itu termasuk yang tertinggi di dunia sehingga bebas polusi, bebas hama, dan tidak membutuhkan pupuk.

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Papua, terdapat 16 kelompok petani kopi di Papua yang tersebar di Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Dogiyai.

Manfaat Kopi

Bagi Tubuh

Cairan hitam pekat dengan aroma khas ini kini tengah menjadi primadona. Tua hingga muda mengonsumsi kopi setiap hari.

Selama ini, banyak mitos miring tentang kopi. Minuman ini selalu dianggap sebagai penyebab dari beberapa penyakit. Namun, kopi ternyata memiliki manfaat bagi tubuh kita. Berikut manfaat kopi bagi tubuh.

Kopi meningkatkan energi dan kinerja otak

manfaat-1.jpg
manfaat-2.jpg

Kopi diketahui dapat membuat manusia tidak mudah lelah dan meningkatkan energi.

Setelah Anda meminum kopi, kafein akan diserap melalui peredaran darah dan mengalir ke otak. Di otak, kafein akan menghambat neurotransmitter inhibitor yang disebut adenosin. Ketika itu terjadi, jumlah neurotransmitter lain seperti norepinephrine dan dopamine meningkat, menyebabkan peningkatan pelepasan neuron.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kopi meningkatkan berbagai aspek fungsi otak. Ini termasuk memori, mood, kewaspadaan, tingkat energi, waktu reaksi, dan fungsi kognitif umum.

Kafein meningkatkan performa fisik

manfaat-3.jpg

Beberapa studi menunjukkan bahwa kafein dapat meningkatkan tingkat metabolisme sebesar 3-11 persen.

Pada penelitian, terungkap bahwa kafein secara spesifik meningkatkan pembakaran lemak sebanyak 10 persen pada individu dengan obesitas, dan 29 persen pada orang kurus.

Kopi dapat membakar lemak

manfaat-4.jpg

Kafein menstimulasi sistem saraf, menyebabkannya mengirim sinyal ke sel lemak untuk memecah lemak tubuh.

Kafein membuat sel-sel lemak memecah lemak tubuh, melepaskannya ke dalam darah sebagai asam lemak bebas dan mengubahnya menjadi tenaga.

 Kafein mampu meningkatkan performa fisik dari rata-rata 11-12 persen. Itulah sebabnya banyak yang menyarankan untuk meminum kopi setengah jam sebelum berolahraga.

Ada nutrisi esensial dalam kopi

Kopi lebih dari sekadar air berwarna hitam. Banyak nutrisi dalam biji kopi di setiap satu cangkir yang disajikan:

  • Riboflavin (Vitamin B2): 11 % dari RDA (Recommended Dietery Allowance) -  jumlah asupan yang disarankan.
  • manfaat-5.jpg
  • Pantothenic Acid (Vitamin B5): 6 % dari RDA.
  • Manganese dan Potassium: 3 % dari RDA.
  • Magnesium dan Niacin (B3): 2 % dari RDA.
  • manfaat-5.jpg manfaat-5.jpg

Kopi menurunkan risiko terkena diabetes Tipe II

manfaat-6.jpg

Studi menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi kopi memiliki 23-50 persen lebih rendah risiko terkena penyakit diabetes tipe II.

Dari 18 penelitian yang melibatkan total 457.922 individu, setiap cangkir kopi setiap hari dikaitkan dengan 7 persen penurunan risiko pengembangan diabetes tipe II.

Kopi bisa melindungi dari alzheimer dan demensia

manfaat-7.jpg

Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah penyakit Alzheimer dan demensia, yaitu dengan makan sehat dan berolahraga. Sementara itu, minum kopi juga bisa sangat efektif.

Kafein bisa menurunkan risiko Parkinson

manfaat-8.jpg

Menurut penelitian, peminum kopi memiliki risiko lebih rendah menderita parkinson dengan penurunan risiko 32-60 persen.

Pada kasus ini, tampaknya kafein itu sendiri yang menyebabkan efeknya. Orang yang minum kopi tanpa kafein tidak memiliki risiko parkinson yang lebih rendah.

Kopi dapat melindungi hati

manfaat-9.jpg

Beberapa penyakit yang dapat menyerang hati seperti hepatitis dan hati berlemak, dapat menyebabkan kondisi yang disebut sirosis, yakni ketika sebagian besar hati telah digantikan oleh jaringan parut.

Ternyata, kopi bisa melindungi tubuh dari sirosis. Orang yang minum empat cangkir atau lebih dalam hari memiliki risiko 80 persen lebih rendah.

Kopi bisa melawan depresi dan membuat lebih bahagia

manfaat-10.jpg

Dalam sebuah penelitian di Harvard yang diterbitkan pada tahun 2011, wanita yang empat cangkir atau lebih per hari memiliki risiko 20 persen lebih rendah mengalami depresi.

Studi lain dengan 208.424 individu menunjukkan bahwa mereka yang empat cangkir atau lebih per hari memiliki kemungkinan 53 persen lebih kecil untuk melakukan bunuh diri.

manfaat-11.jpg

Peminum kopi berisiko rendah terhadap beberapa jenis kanker

manfaat-11.jpg

Studi menunjukkan bahwa peminum kopi berisiko 40 persen lebih rendah terkena kanker hati. Satu studi dari 489.706 orang menemukan bahwa mereka yang minum 4-5 cangkir kopi per hari memiliki risiko kanker kolorektal 15 persen lebih rendah.

manfaat-11.jpg
manfaat-12.jpg

Kopi tidak menyebabkan penyakit jantung

manfaat-12.jpg

Faktanya, ada beberapa bukti bahwa wanita yang minum kopi memiliki risiko penyakit jantung yang berkurang. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa peminum kopi memiliki risiko stroke sebesar 20 persen lebih rendah.

manfaat-12.jpg
manfaat-13.jpg

Kopi dapat membantu Anda hidup lebih lama

manfaat-13.jpg

Dalam dua penelitian yang sangat besar, minum kopi dikaitkan dengan risiko kematian 20% lebih rendah pada pria dan 26 persen lebih rendah pada wanita, selama periode 18-24 tahun.

Efek ini tampaknya sangat kuat pada penderita diabetes tipe II. Dalam sebuah penelitian, penderita diabetes yang meminum kopi memiliki risiko kematian 30 persen lebih rendah selama masa studi 20 tahun.

manfaat-13.jpg

Kopi adalah sumber antioksidan terbesar dalam diet barat

manfaat-14.jpg

Bagi orang yang makan makanan standar Barat, kopi sebenarnya bisa menjadi aspek makanan sehat. Itu karena kopi mengandung sejumlah besar antioksidan. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang mendapatkan lebih banyak antioksidan dari kopi daripada buah dan sayuran.

manfaat-15.jpg