Toyota Avanza adalah mobil yang diproduksi di Indonesia oleh Daihatsu, dipasarkan dalam dua merk yaitu Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia. Generasi pertama mobil ini diluncurkan saat Gaikindo Auto Expo 2003.
Nama "Avanza" berasal dari bahasa Italia avanzato, yang berarti "peningkatan". Sementara itu, saudara kembarnya Xenia, berasal dari bahasa Yunani, "Xenos" yang berarti ”tamu” atau ”orang asing”. Artinya bahwa dua model ini diciptakan sebagai tamu baru yang bisa membawa peningkatan bagi penciptanya.
Dua merek ini memang serupa, tapi tak sama. Toyota memposisikan Avanza selalu di atas Xenia, demi meraih jangkauan pasar yang jauh lebih lebar. Umumnya, spesifikasi Xenia selalu di bawah Avanza, mulai dari kapasitas mesin, fitur, sampai harga.
Sejak kelahirannya, Avanza dan Xenia berhasil menciptakan segmen LMPV jadi yang terbesar ketimbang “kue” lain, seperti sedan atau sport utility vehicle (SUV). Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, segmen LMPV terhadap pasar mobil baru di Indonesia sekitar 30 persen per tahun.
Pada mulanya, Avanza ditawarkan dengan mesin 1.300 cc dan 1.500 cc, sementara Xenia punya bekal mesin 1.000 cc dan 1.300 cc. Tapi pada generasi terbaru, Avanza pun ikut bermain di segmen 1.300 cc. Sedangkan Xenia tetap berada di posisinya dan tak boleh menyentuh ranah 1.500 cc.
Toyota Avanza juga dipasarkan di sejumlah negara Asia Pasifik seperti Malaysia (Versi 1.5 G dilengkapi dengan airbag), Thailand, dan Filipina, selain itu juga dipasarkan di Afrika Selatan dan Meksiko. Sementara Daihatsu Xenia generasi pertama juga dijual di Republik Rakyat Tiongkok dengan konfigurasi kapasitas mesin 4 silinder 1.300 cc seperti Toyota Avanza.
Sejak 2004 sampai saat ini, Avanza masih menyandang predikat model terlaris "MPV Sejuta Umat" di Indonesia.
Rival Toyota Avanza pun makin bertambah, seperti Honda Mobilio, Daihatsu Xenia, Suzuki Ertiga. Paling baru dan cukup kompetitif adalah Mitsubishi Xpander dan Wuling
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, porsi LMPV terhadap pasar mobil baru di Indonesia sekitar 30 persen per tahun.
Melihat besarnya ceruk pasar yang tersedia di segmen LMPV dan praktis hanya dinikmati oleh Avanza dan Xenia, membuat merek lain tergiur.
Honda Prospect Motor pertama kali memperkenalkan Mobilio pada Indonesia International Motor Show 2013. Low MPV yang dirancang memakai basis Brio ini menjadi bukti keinginan keras HPM masuk ke pasar mainstream setelah sebelumnya hanya menjual produk menengah ke atas.
Mobilio di Indonesia merupakan generasi kedua. Indonesia adalah negara pertama yang memproduksi dan menjualnya. Tidak banyak yang tahu sebelum Mobilio ada Indonesia generasi pertamanya dengan desain mengotak pernah dijual di Jepang pada 2002 lalu dihentikan pada 2008 karena kelahiran Freed.
Penjualan Mobilio langsung melejit pada 2014, membantu mengangkat HPM menjadi merek terlaris ketiga di Indonesia melewati Suzuki dan Mitsubishi. Pada 2013, Honda berada di peringkat lima. Sampai saat ini Mobilio terus bertahan jadi andalan HPM kendati model yang kemudian populer bermunculan, yaitu Brio Satya, HR-V, dan BR-V. Pada 2016, Honda merupakan merek terlaris kedua di Indonesia menggeser Daihatsu.
Pada awal 2017, Mobilio mendapat penyegaran desain yang pertama. Perubahannya, gril menebal, lampu utama dengan LED light guide, mesin standar Euro IV, sandaran kepala yang bisa dipisah dari jok, tambahan fitur vehicle stability assist dan hill start assist.
Tahta Avanza Xenia yang tidak pernah diganggu akhirnya mendapatkan rival dari kedatangan Suzuki Ertiga di 2012 pada pameran otomotif nasional kala itu. Ini bukan produk MPV pertama Suzuki karena sebelumnya ada APV. Tapi MPV kotak tersebut tidak memiliki jurus canggih untuk mengganggu singgasana duo Avanza Xenia.
Suzuki ditawarkan dalam varian GA, GL, G dan Elegant. Pada 2016, Ertiga mendapatkan penyegaran dengan menghadirkan Ertiga Dreza yang menjadi varian teratas dengan perubahan di bagian eksterior dan interior.
Terakhir, Suzuki menghadirkan Ertiga dengan mesin diesel hibrida di awal 2017. Kehadiran mesin ini jadi pembeda untuk model di kelasnya baik untuk mesin diesel maupun teknologi hibrida. Sebelumnya sempat ada Chevrolet Spin dengan mesin dieselnya, namun sayang model ini kemudian harus tutup buku di 2015.
Ertiga dianggap menjadi pilihan konsumen yang tidak ingin melirik MPV Avanza – Xenia. Range harga yang cukup lengkap dengan varian yang dapat dipilih sesuai kebutuhan membuat Ertiga kerap jadi pilihan.
Dari sisi desain MPV ini cukup modern. Belum lagi gabungan suspensi MacPherson yang diakui membuat MPV ini lebih nyaman dari rival-rivalnya. Perpaduan duo tone di area interior membuat kabin terasa mewah, pertama yang mengaplikasikannya.
Suzuki menawarkan teknologi yang tidak dipikirkan kompetitor yakni mesin diesel serta hibrida. Sesuatu yang benar-benar baru untuk konsumen namun patut untuk dicoba guna mendapatkan rasa berkendara MPV masa depan.
Mesin 1.4 liter bisa jadi kekurangan diantara rival-rival yang menawarkan mesin 1.5 liter. Selain itu, anggapan mobil dengan penggerak roda depan kurang kuat dibanding penggerak belakang jadi salah satu penilaian minus mobil ini.
Meluncur pertama kali di Indonesia pada 2012, kiprah Nissan Evalia ternyata tidak sebaik Grand Livina. Alih-alih memberikan pilihan baru bagi MPV tujuh penumpang dengan desain boxy, prestasi Evalia malah mandek.
Mobil yang pernah dijuluki "Baby Serena" ini harus menelan pil pahit akibat kalah saing di pasar MPV "sejuta umat". Target 50.000 unit dalam satu tahun fiskla pun gagal diraih.
Evalia meluncur dalam tiga varian, yakni 1.5L XV AT/MT, 1.5L SV AT/MT, dan 1.5L S yang jadi model terendah. Saat ini, Nissan Motor Indonesia (NMI) masih memasarkan Evalia, namun varian S diganti dengan ST Option dengan banderol yang naik signifikan.
Nissan Evalia tidak gagal di Indonesia, karena sampai saat ini masih di pasarkan. Namun harus diakui, salah satu penghambat pertumbuhan Evalia justru datang dari sisi desain dan kenyamanannya.
Kaca samping dengan model geser yang hanya sebagian ditambah pintu geser yang hanya satu akses dinilai sangat taggung. Karena itu kebanyakan Evalia beralih fungsi dari mobil keluarga menjadi mobil barang atau transportasi kantor lainnya.
Meski sempat menjadi pilihan MPV murah, tapi umur Chevrolet Spin tidak berlangsung lama di Indonesia. Lahir pada 25 April 2013, perjalanan MPV asal pabrikan Amerika ini harus tenggelam saat pabrik di Kawasan Ponduk Unggu, Bekasi, ditutup atas instruksi prinsipal pada Februari 2015.
Peluncuran perdana Spin sempat menjadi fenomena. Selain dari varian yang beragam, Chevrolet juga membanderol MPV tujuh penumpang ini dengan kisaran harga yang sangat kompetiti.
Variannya sendiri tersedia dalam tujuh pillihan yang terdiri dari mesin 1.200 cc dan 1.500 cc bensin, serta 1.300 cc diesel. Mulai dari 1.2 LS, 1.2 LT, 1.3 LT, 1.5 LT, 1.5 LTZ MT dan AT.
Meski hanya sesaat, namun berkat Spin, Chevrolet Indonesia pernah merasakan manisnya "kue" MPV kelas bawah. Tercatat 21.968 unit Spin terjual sepanjang 2013 sampai 2015, hal ini diklaim sebagai sebuah sejarah baru bagi Chevrolet di Tanah Air.
Salah satu yang menjadi nilai jual Spin saat itu ada di varian mesin diesel 1.300 cc. Mesin ini dianggap sensasional karena di segmenya, hanya Chevrolet yang menberika mesin diesel. Tapi kabar terakhir yang beredar, mesin 1.500 cc digunakan oleh MVP China yang saat ini sedang mencoba peruntungan di Indonesia, Wuling Confero S.
Produk kedua, tak kalah sensasional, datang dari pemain lama di Indonesia, Mitsubishi. Merek yang cuma dikenal lewat Colt Diesel (Kepala Kuning), mulai serius mau menggarap segmen kendaraan penumpang.
Sang prinsipal menyiapkan model baru, sekaligus mendirikan pabrik perakitan baru, di Cikarang, Jawa Barat, berkapasitas 80.000 unit per tahun dengan investasi Rp 7,5 triliun, dan sudah diresmikan Presiden Jokowi, April lalu. Produk ini dikenalkan ke publik lewat bentuk konsep, XM Concept, sejak Agustus 2016 lalu. Sekarang sudah waktunya versi produksi lahir dan siap menantang kemapanan Avanza, dengan nama Xpander.
Sebagai pemain terakhir di segmen ini, Mitsubishi berusaha menawarkan Xpander dengan desain, karakter, dan fitur-fitur yang belum ada sebelumnya di Avanza, Xenia, Ertiga, atau Mobilio. Framing sport utility vehicle (SUV) yang dianggap mengental pada merek, juga coba dimainkan.
Mitsubishi Xpander menggendong mesin bensin 16 katup 1.500 cc, dengan Mitsubishi Innovative Valve Timing Electronic Control (MIVEC). Mesin ini dipadu dengan transmisi manual 5-percepatan dan otomatis 4-percepatan.
Tenaga mesin Xpander disalurkan lewat penggerak roda depan. Soal dimensi, Xpander yang punya ukuan 4.475 mm X 1.750 mm X 1.700 (P x L x T), dengan ground clearance mencapai 205 mm, serta jarak sumbu roda 1.700 mm, terpanjang di kelasnya.
Rival Toyota Avanza, Honda Mobilio, Daihatsu Xenia, Suzuki Ertiga kian bertambah. Kali ini datang dari merek asal China, yaitu Wuling Motors. Tidak tanggung-tanggung, selain meluncurkan produk serupa, juga membangun pabrik di Greenland International Industrial Center (GIIC), Block BA No 1 dan 2 Sukamahi, Cikarang Pusat, Bekasi, Jawa Barat.
Pabrik itu berdiri di atas lahan seluas 30 hektare, dan total investasinya jika dikonversikan mencapai 700 juta dollar AS. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi per tahunnya mencapai 150.000 unit.
Tepat 2017, Wuling sudah siap dengan rival Avanza, Mobilio, Xenia, dan Ertiga, yaitu Confero S. Kehadirannya juga ada kaitannya dengan mundurnya GM (Chevrolet) lewat andalannya Spin.
Jadi, GM sepertinya bakal tetap berjuang di Indonesia versus Toyota, tetapi tidak secara langsung, tetapi lewat konsorsium bersama SGMW. Buktinya, mesin yang dipakai Spin dan Confero S ini sama.
Dibanding LMPV merek lain, Confero S untuk harga promosi dijual sangat murah. Tersedia tiga varian, S, L, dan L Lux. Namun, untuk tahap awal hanya tersedia satu pilihan transmisi, yaitu manual, dan otomatisnya menyusul di waktu berbeda.