#BagGoals:
Panduan Lengkap untuk Beli Tas Mewah

Pada awal tahun 2016, sebuah studi oleh peritel barang mewah online Baghunter menyebutkan bahwa tas Hermès Birkin adalah investasi yang lebih baik daripada emas dan saham S&P 500.

Hermès BIRKIN BAG HIGHLIGHTS

  1. Dalam 35 tahun terakhir, tas ini meningkat sebanyak 500%.
  2. Terbukti sebagai investasi yang lebih aman dibandingkan saham. Nilai tas Birkin diprediksikan akan naik dua kali lipat dalam 10 tahun mendatang.
  1. Kurangnya penawaran dibandingkan permintaan mendorong kenaikan harganya.
  2. Tas Birkin hanya dijual kepada pelanggan khusus Hermès.

Peningkatan nilai melebihi 500% di 35 tahun terakhir.

Enam bulan kemudian, Baghunter melakukan studi serupa dengan tas Chanel Medium Classic Flap atau 2.55. Mereka menemukan bahwa harga ritel tas tersebut juga selalu naik dari tahun ke tahun.

Bahkan, di antara tahun 2010 dan 2012, Chanel Medium Classic Flap mengalami kenaikan sebanyak 1.550 dollar Amerika Serikat, dari 2.850 dollar AS menjadi 4.400 dollar AS.

Chanel Medium Classic Flap Bag HIGHLIGHTS

  1. Nilainya terus meningkat sejak tahun 1955.
  2. Nilainya melonjak 70% sejak tahun 2010.
  1. Peningkatannya melebihi harga rumah dan saham S&P 500 selama 6 tahun kemarin.
  2. Hal yang sama juga terjadi terhadap tas Chanel lainnya.

Peningkatan harga sejak tahun 1955.

#1

Beli tas mewah, menguntungkan atau merugikan?

“Krisis ekonomi tidak memengaruhi daya beli pencinta mode secara signifikan. Pasar dan kebutuhannya selalu ada.”

- Bernard Widjaja Ng

Bernard Widjaja Ng, Senior Marketing Manager Reebonz Indonesia, perusahaan ritel online barang mewah, menjawab bisa menguntungkan, tetapi tergantung pilihan tas mewah itu sendiri.

Dia mengatakan bahwa krisis ekonomi tidak memengaruhi daya beli pencinta mode secara signifikan. Pasar dan kebutuhannya selalu ada.

Samuel Mulia, seorang pengamat mode dan konsultan merek, juga menyetujui hal ini. Sebab, ada beberapa barang yang bisa dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi.

“Namun, masalahnya adalah tidak semua brand bisa memiliki nilai investasi yang tinggi, dan kedua, kalau Anda mau menjual itu, Anda harus tahu orang-orang yang mencintai produk tersebut,” ucap Samuel.

“Jadi investasi itu baru bisa berjalan kalau Anda memilih barang yang tepat, dari merek yang tepat, dan menawarkannya ke orang-orang yang tepat juga,” tambahnya.

Alasan wanita Indonesia membeli tas mewah

Namun, dibandingkan beberapa dekade sebelumnya, kini Anda bisa dengan mudah menemukan orang-orang yang tertarik dengan tas bermerek.

Hal ini dikarenakan semakin umumnya pengetahuan mengenai tas mewah dan tersedianya berbagai reseller tas mewah, seperti Reebonz dan Hunt Street.

“Dengan adanya mall baru, investor baru, dan teknologi baru, produk mewah menjadi pengetahuan umum yang tidak lagi eksklusif untuk wanita dari kalangan tertentu dan menjadi obsesi untuk kalangan lainnya,” ucap Samuel.

Terutama untuk kalangan menengah yang kini perkembangannya sangat pesat, gengsi menjadi dorongan utama bagi wanita untuk membeli tas mewah

Hal yang sama juga disuarakan oleh Bernard.

Dengan adanya perkembangan teknologi untuk membeli tas mewah secara online dan kemudahan lainnya, seperti cicilan, tas mewah telah menjadi konsumsi wanita di kelas menengah dan menengah ke atas.

#2

Memilih Produk
yang Tepat

Fisik

(kreativitas, biaya, teknologi)

Non-fisik

(public relations, iklan, dan komunikasi marketing)

Nilai

“Luxury itu, buat saya, bukan soal kemewahan, bukan soal mahal, tetapi soal penciptaan sesuatu yang sebelumnya belum pernah ada dan berguna untuk manusia”


- Samuel Mulia

Untuk memilih produk yang tepat, Anda harus mengetahui barang mana yang benar-benar mewah. Dengan demikian, pertanyaannya adalah “tas seperti apakah yang bisa disebut tas mewah”?

Walaupun sesuatu yang mewah identik dengan harga yang mahal, Samuel berkata bahwa hal ini bukanlah standar kemewahan.

Berdasarkan pengalamannya, standar kemewahan sebuah produk dimulai dari ide yang belum pernah ada sebelumnya.

Dari ide yang sederhana itu, muncullah cost atau biaya yang terdiri dari materi yang mewah dan teknologi yang khusus diciptakan untuk membuat produk tersebut.

Luxury itu, buat saya, bukan soal kemewahan, bukan soal mahal, tetapi soal penciptaan sesuatu yang sebelumnya belum pernah ada dan berguna untuk manusia,” ucapnya.

Lalu, didukung juga dengan faktor-faktor non-fisik, seperti public relations dan iklan.

“Nah, kenapa (tas) Chanel itu mahal? Selain bahan dan teknologinya bagus, iklannya juga sangat mewah. Cara dia mengeksekusi iklannya membuat orang merasa miskin.”

Lalu, dua hal ini (fisik dan non-fisik) memberi Anda nilai sebagai manusia, yaitu miskin, setengah kaya, pura-pura kaya, OKB, kaya banget, dan segala macam.

Namun, harus diingat bahwa faktor non-fisik ini bahaya sekali karena bisa membuat ilusi bahwa sesuatu yang tidak mewah menjadi sesuatu yang mewah. Inilah juga yang menyebabkan banyak orang merasa harus mempunyai tas mewah.

Selera wanita Indonesia terhadap tas mewah

Setelah mengidentifikasi merek tas yang benar-benar mewah, tugas Anda berikutnya adalah menebak selera pasar. Sebab, harga jual kembali sebuah tas tentunya tergantung pula pada permintaan pasar.

Bernard mengatakan bahwa tren masih sangat berpengaruh pada keputusan membeli bagi orang Indonesia.

“Kebanyakan orang Indonesia latah dalam mengikuti tren. Jadi, keputusan orang Indonesia, terutama wanita dalam membeli tas, baik tas mewah yang baru maupun pre-loved (produk tangan kedua), tergantung pada tren yang berlaku,” katanya.

Kemudian, bila membandingkan dengan wanita Eropa yang menyukai gaya klasik yang tidak lekang oleh waktu, Bernard menilai wanita Asia sebagai penyuka gaya yang lebih eksperimental dan pengikut tren yang baik.

Perbedaan juga terlihat pada motif tas yang berlogo.

Walaupun sempat menjadi tren pada dekade sebelumnya, wanita Eropa dan Amerika tidak menyukai motif atau cetak logo yang ramai.

Sementara itu, wanita Asia menganggap permainan logo besar dan monogram yang jelas memperlihatkan label dapat meningkatkan nuansa mahal sebuah tas.

3 merek tas teratas yang nilai jual kembalinya relatif tinggi

Pada Agustus 2016, Reebonz merilis Asia Luxury Index 2016, sebuah analisis dari data penjualan dan riset industri mode. Berikut adalah tiga merek yang indeks jual kembalinya dapat Anda andalkan.

Namun, dari ketiga tas mewah ini, hanya Hermès Birkin yang nilai jual kembalinya lebih tinggi dari harga ritel. Sementara itu, untuk label lain, nilai jualnya mengalami perubahan meskipun tetap tinggi.

1

Hermès Birkin

Nilai jual kembali: 125% harga ritel

Hermès Taurillon Clemence Birkin 35

Jane Birkin

credits: wikipedia

Dalam perjalanan udara menuju London, aktris Jane Birkin duduk di sebelah seorang pria. Secara tidak sengaja, dia menjatuhkan tasnya dan semua isinya berhamburan. Pria di sebelahnya kemudian berkomentar, “Anda seharusnya pakai tas yang ada kantongnya.”

Lalu, Birkin pun menjawab, “Pada hari ketika Hermès membuat tas yang berkantong, saya akan memakainya.”

Tanpa sepengetahuan Birkin, ternyata pria tersebut adalah Jean Louis Dumas, Chief Executive Hermès pada masa itu. Pengalaman tersebut kemudian menginspirasi Hermès untuk menciptakan tas yang diluncurkan pada tahun 1984 dan dinamai Birkin.

Hermès BIRKIN BAG FACTS

Termahal di Dunia

Tas Diamond Himalaya Nicotilus Birkin 30 menjadi tas termahal di dunia setelah terjual di pelelangan Christie’s dengan harga 300.168 dollar AS atau sekitar Rp 4,87 miliar.

Sex and The City

Dalam salah satu episode drama Amerika Serikat Sex and The City yang berjudul “Coulda, Woulda, Shoulda”, karakter Samantha berusaha untuk menyerobot daftar tunggu tas Birkin dengan bantuan kliennya, Lucy Liu.

Daftar Tunggu

Tas Birkin dirumorkan pernah memiliki daftar tunggu yang mencapai lima tahun.

Jane Birkin

Setelah 31 tahun, Jane Birkin meminta namanya dicopot dari tas tersebut.

2

Chanel 2.55

Nilai jual kembali: 75% harga ritel

Chanel Small 2.55 Flap Bag

Coco Chanel

credits: wikipedia

Tas 2.55 adalah tas mewah wanita pertama di dunia dengan tali bahu. Sebelumnya, tas mewah untuk wanita harus dipegang di tangan.

“Saya muak memegangi tas di tangan dan menghilangkannya. Jadi saya menambahkan strap untuk membawanya di bahu,” ucap Chanel yang dikutip oleh biografer Justine Picardie dalam buku Coco Chanel.

Desain quilted, sebuah teknik yang menggabungkan dua lapisan atau lebih untuk menciptakan material yang lebih tebal, yang ada pada tas 2.55 kini menjadi motif ikonis Chanel.

CHANNEL 2.55 BAG FACTS

2.55

Nama tas tersebut, 2.55, diambil dari waktu ulang tahunnya, yaitu Februari 1955.

kunci Mademoiselle

Walaupun tampak serupa dengan tas Classic Flap, tas 2.55 adalah rancangan asli Coco Chanel yang menggunakan kunci Mademoiselle.

surat cinta

Menurut rumor, kompartemen beritsleting yang ada pada penutup tas tersebut ditambahkan oleh Coco sebagai tempat untuk menyimpan surat cintanya.

3

Louis Vuitton Speedy Bandoulière

Nilai jual kembali: 67% harga ritel

Louis Vuitton Monogram Speedy 30

Audrey-Hepburn

credits: wikipedia

Pada awalnya, Louis Vuitton hanyalah seorang pembuat peti kemas mewah di Paris, Perancis. Namun, namanya mulai dikenal di Eropa ketika istri Napoleon Bonaparte, Josephine, mengangkatnya sebagai pembuat koper dan pengepak barang pribadinya.

Lalu, ketika putranya mengambil alih bisnis tersebut, Louis Vuitton mulai menarget pasar global dan memperbanyak pilihannya dengan memperkenalkan sejenis tas model duffell yang dinamainya Keepall pada tahun 1930.

Beberapa tahun kemudian, tas Speedy yang merupakan versi lebih kecil dari Keepall diluncurkan. Tas ini juga merupakan langkah pertama perusahaan tersebut ke industri mode.

LOUIS VUITTON BAG FACTS

Bandoulière

Serupa tetapi tak sama, Speedy Bandoulière adalah versi tas Speedy yang memiliki tali bahu. Kata “Bandoulière” sendiri merupakan bahasa Perancis dari tali bahu.

nama = ukuran

Nama sebuah tas Speedy mengindikasikan ukurannya. Sebagai contoh, Speedy Bandoulière 35 memiliki panjang 35 sentimeter dan Speedy Bandoulière 40 memiliki panjang 40 sentimeter.

Audrey Hepburn

Pada tahun 1965, aktris terkemuka Audrey Hepburn meminta dibuatkan tas Speedy yang lebih kecil lagi untuk mengimbangi proporsi tubuhnya yang mungil. Louis Vuitton menyanggupi permintaan ini, dan Speedy 25 pun lahir.

Dari semua tas, hanya Birkin yang dapat dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi daripada harga ritel.

Bernard menjelaskan bahwa hal ini disebabkan Birkin terbuat dari kulit dan material yang sangat baik. Kemudian, di samping pembuatannya yang detail, kebutuhan orang pada pengakuan sosial membuat tas ini terus digemari sepanjang waktu.

“Tidak semua orang bisa membeli Birkin dari butiknya langsung. Jadi inilah yang membuat banyak orang memburunya, baik dalam kondisi baru maupun sudah pre-loved,” ucapnya.

Kondisi tas berpengaruh pada harga jual kembali

Sama seperti produk apa pun, kondisi tas, seperti ada atau tidaknya goresan, warna yang berubah, bekas makanan yang tidak bisa hilang, atau robek, juga berpengaruh pada harga jual kembali.

Bila menjualnya melalui perusahaan yang berspesialisasi dalam hal tersebut, seperti Reebonz, harga dari tas Anda akan ditentukan secara teliti sesuai kondisi pre-loved.

Reebonz sendiri menerapkan empat rincian produk yang berdampak pada harga jual, yaitu brand new (benar-benar baru), pre-owned unused (produk tangan kedua yang tidak pernah dipakai semenjak pembelian), pre-owned mint (produk tangan kedua yang masih sangat bagus), dan pre-owned good (produk tangan kedua dengan sedikit goresan halus).

#3

Menerka gaya belanja mewah
generasi milenium

Menurut Samuel, tentu kita harus melihat ke depan, dan dalam beberapa dekade berikutnya, generasi milenium yang memiliki selera berbeda akan memimpin pasar.

Samuel mengilustrasikannya demikian, jika diberi Rp 1 miliar, anak generasi milenium akan membeli sepeda motor dan sneaker, sedangkan ibunya membeli tas Birkin. Jadi kemewahan anak muda itu tidak lagi sama dengan kemewahan bapak dan ibunya.

Hal yang sama juga terjadi pada selera mereka terhadap tas mewah. Samuel melihat bahwa kecenderungan belanja generasi milenium tidak pada merek-merek tas tradisional seperti yang disebutkan di atas karena dianggap terlalu umum.

Menurut dia, generasi milenium yang ingin tampil berbeda dan unik lebih suka untuk berbelanja di butik-butik independen.

Putra Perkasa

Putra Perkasa, seorang pengamat mode dan Men’s Fashion Buyer untuk Fou, sebuah butik multi-brand independen yang sedang hangat di generasi milenium kalangan atas, mengatakan bahwa pembelinya adalah orang-orang yang menghargai individualitas.

“Melalui brand-brand yang dipilih ini, mereka bisa menunjukkan siapa diri mereka,” ucap Putra.

Walaupun demikian, Putra meragukan bila brand-brand tersebut bisa menggantikan Hermès, Chanel, dan Louis Vuitton sebagai merek andalan.

“Mungkin brand-brand yang sekarang dianggap indie (independen) akan menjadi brand-brand yang legendaris juga ke depannya meskipun tidak menggantikan posisi brand-brand yang telah ada puluhan tahun lamanya,” ujarnya.

Kemudian, secara nilai untuk dijual kembali, Putra tidak yakin bahwa tas-tas mewah dari merek independen bisa menjadi sesuatu yang menguntungkan dalam jangka panjang. Sebab, kebanyakan orang membelinya untuk kepuasan pribadi daripada investasi.

Untuk menanggapi perbedaan selera ini, Samuel Mulia menyarankan rumah-rumah mode ternama untuk bersikap fleksibel dan peka terhadap perubahan.

“Kemewahannya akan tetap sama, tetapi cara pendekatannya dan bentuknya harus berbeda,” katanya.

Hal serupa juga dikatakan oleh Putra dan dia memuji beberapa rumah mode yang sudah berusia puluhan tahun, tetapi mau mengganti perancangnya untuk tetap sesuai dengan era kini.

Putra yang mendeskripsikan gaya generasi milenium sebagai lebih sporty, detail, dan sederhana ini kemudian mengatakan, seiring berjalannya waktu, gaya generasi milenium ini akan berubah, tetapi elemen-elemennya tetap akan berbeda dari generasi sebelumnya.

“Sebagai contoh, kalau anak yang sekarang memakai jeans dan kaus bertambah tua, mungkin dia akan memakai gaun seperti ibunya, tetapi dengan bentuk dan motif yang lebih sederhana,” tuturnya.

#4

5 tips maksimalkan
nilai jual kembali tas Anda

1

Ketahui target pembeli Anda

Seperti yang diucapkan oleh Samuel, Anda baru bisa memaksimalkan nilai jual kembali bila sudah memilih produk yang tepat, merek yang tepat, dan orang-orang yang tepat juga.

Akan tetapi, bila masih bingung mau menjual ke mana, Anda bisa menggunakan jasa peritel yang menjual kembali barang mewah, seperti Reebonz dan Hunt Street, untuk membantu menjual kembali.

2

Jaga kondisi tas sebaik mungkin

Kondisi tas yang dijual kembali sangat bergantung pada kondisi tas tersebut. Reseller seperti Reebonz dan Hunt Street akan secara detail memeriksa tas Anda dalam hal goresan, perubahan warna, robekan, dan kelengkapan sebelum menentukan harga jual kembalinya.

3

Barang yang lebih mahal memiliki nilai jual kembali yang lebih tinggi

Di Hunt Street, persentase nilai jual kembali tidak hanya ditentukan dari kondisi, tetapi juga harga awal tas tersebut.

“Hingga Rp 15 juta, kita bisa kasih 75 persen, Rp 15 juta sampai Rp 50 juta, Anda akan dapat 80 persen, dari Rp 50 juta sampai Rp 250 juta, Anda akan dapat 85 persen, dan Rp 250 juta ke atas, Anda akan dapat 90 persen,”ucap Justine Widjojo, Chief Operating Officer Hunt Street.

4

Tas klasik adalah pilihan yang aman

“Sebuah tas disebut klasik karena dia tidak pernah ketinggalan zaman,” ucap Mario Bachtiar, Creative Director Hunt Street. Tas-tas ini akan selalu memiliki peminat dan mempertahankan nilainya.

Lalu, Anda juga harus benar-benar mengetahui tas yang klasik. “Banyak brand yang menyebut tas mereka klasik, tetapi di mata pembeli, tas-tas ini sudah ketinggalan zaman,” ucap Justine.

5

Hindari tas limited edition

Menurut Mario, tas yang dijual sebagai edisi terbatas memiliki risiko besar. Sebab, harga jual kembali sebuah tas limited edition bisa menjadi sangat tinggi bila dicari oleh pasar, tetapi sebagian besar tas limited edition malah gagal dan harga jual kembalinya jatuh.

Produser
Shierine Wangsa Wibawa
Penulis
Syafrina Syaaf Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja
Penyelaras Bahasa
Erwin Hutapea
Copywriter
Lilyana Tjoeng
Graphic Designer
Cassandra Etania
Developer
Ilma Akrimatunnisa

Copyright 2017. Kompas.com