Best view on potrait mode,
please rotate your phone.

Jalan Raya

E-COMMERCE

Indonesia

Peradaban manusia memang tidak lepas dari kegiatan jual beli. Mulai dari cara barter hingga menggunakan alat pembayaran seperti saat ini. Kini di era yang semakin terhubung, semua bisa melakukan jual beli melalui internet. Inilah yang populer disebut dengan perdagangan online atau e-commerce. Pemerintah pun yakin inilah penggerak ekonomi masa depan. Lalu seperti apakah “pemandangan” e-commerce di Indonesia saat ini? Yuk, kita lihat bersama.

Di ruas jalan pertama adalah pemandangan bangunan yang mentereng. Inilah mereka yang memiliki modal besar untuk bertarung sebagai “calon raja” e-commerce di Indonesia.

Tokopedia

Tokopedia, e-commerce marketplace asli Indonesia yang berdiri sejak 2009, mengadopsi pembayaran mirip sistem rekening bersama. Tokopedia telah mendapatkan pendanaan dari pemodal ventura global dengan nilai fantastis Rp 1,3 triliun. Total transaksinya sudah melebihi 6 juta transaksi per bulan.

Bukalapak

Bukalapak, lahir tahun 2010, juga mengadopsi jenis pembayaran rekening bersama yang disebut BukaDompet. Per 2015 lalu, tak kurang dari 190.000 penjual berjualan di Bukalapak. Nilai transaksi hariannya Rp 1,5 miliar hingga Rp 2,5 miliar.

Lazada

Lazada merupakan salah satu situs belanja terbesar di Indonesia. Mereka memiliki gudang seluas 12.000 meter persegi di kawasan Cakung, Jakarta Utara. Salah satu strategi menarik Lazada adalah flash sale yang mereka selenggarakan bersama vendor gadget. Pada 12 April 2016, mayoritas saham Lazada diakuisisi oleh raksasa e-commerce China, Alibaba.

MatahariMall

Beda Lazada, beda pula Mataharimall. Situs belanja milik grup Lippo ini punya strategi unik, yaitu online to offline. Mereka memanfaatkan jaringan toko offline Matahari Departement Store, hingga loker-loker khusus yang diletakkan di stasiun kereta api sebagai wadah pengiriman barang.

Bhinneka

Sudah ada sejak 23 tahun lalu, Bhinneka kini berniat makin agresif. Selain menambah cabang toko offline dan perwakilan, mereka juga mencanangkan untuk IPO dalam dua tahun ke depan.

7 Poin E-Commerce Roadmap

  • 1Logistik

    Pemanfaatan cetak biru Sistem Logistik nasional (Sislognas) untuk meningkatkan kecepatan pengiriman barang, sekaligus mengurangi biaya pengiriman.

  • 2Pendanaan

    Pemerintah akan merampungkan RPP perdagangan elektronik, membentuk Badan Layanan Umum untuk menyalurkan hibah kepada UMKM dan startup digital. Bank akan dioptimalkan sebagai penyalur Kredit Usaha Rakyat.

  • 3Perlindungan Konsumen

    Membangun kepercayaan konsumen melalui regulasi, perlindungan terhadap pelaku industri, penyederhanaan pendaftaran perijinan bisnis untuk pelaku e-commerce, dan mengembangkan Payment Gateway nasional.

  • 4Infrastruktur Komunikasi

    Peningkatan infrastruktur komunikasi nasional sebagai tulang punggung pertumbuhan industri e-commerce.

  • 5Pajak

    Melakukan penyederhanaan kewajiban perpajakan atau tata cara perpajakan bagi pelaku startup e-commerce, pemberian insentif pajak bagi investor e-commerce, dan insentif pajak bagi pelaku e-commerce.

  • 6Pendidikan dan Sumber Daya Manusia

    Memberikan edukasi bagi seluruh ekosistem e-commerce, penyelenggaraan kampanye kesadaran nasional e-commerce melalui media online dan offline di seluruh Indonesia.

  • 7Cyber Security

    Peningkatan kesadaran pedagang online dan publik terhadap kejahatan dunia maya dan pelaku tentang pentingnya keamanan transaksi elektronik.

Gramedia.com

Jangan lupakan Gramedia.com. Evolusi dari toko buku Gramedia ini tak cuma mengincar para kutu buku, Gramedia.com menyediakan berbagai kebutuhan gaya hidup pelanggannya. Misalnya peralatan elektronik, gadget, komputer hingga kebutuhan bayi.

Selain 6 e-commerce di atas, masih ada nama-nama besar lain kandidat raja e-commerce Indonesia, seperti OLX, Blibli, FJB Kaskus, Elevenia, dan JD.id.

Di ruas jalan ini, mari kita berkenalan sejenak dengan tokoh-tokoh menarik di balik produk e-commerce lokal di Indonesia.

CEO Tokopedia, William Tanuwijaya

William Tanuwijaya naik kapal dari Pematangsiantar, Sumatera Utara ke Jakarta untuk kuliah. Sembari kuliah, ia bekerja sebagai penjaga warnet. Berambisi kerja di Google, William beralih membuat perusahaan internet sendiri. Pada 2009, bersama Leontinus Alpha Edison mendirikan Tokopedia. 2014, Tokopedia mendapat investasi senilai 100 juta dollar AS. Tokopedia menjadi perusahaan internet lokal pertama yang mendapatkan pendanaan sebesar itu. (Sumber Foto: Dok. Tokopedia)

Pajak dan Investasi Asing

Pasar Indonesia jelas menarik bagi pelaku asing juga. Nah, sebuah aturan baru soal investasi asing di e-commerce telah dirumuskan. Rinciannya:

1. E-commerce dengan nilai valuasi di bawah Rp 10 miliar sama sekali tidak boleh diinvestasi oleh asing.

2. E-commerce dengan nilai valuasi Rp 10 miliar - Rp 100 miliar boleh diinvestasi asing dengan persentase maksimal 49 persen.

3. E-Commerce dengan nilai valuasi di atas Rp 100 miliar boleh diinvestasi asing hingga maksimal 100 persen.

CEO Bukalapak, Achmad Zaky

Achmad Zaky lahir di Sragen. Orang tuanya cuma minta ia jadi PNS. Takdir berkata lain. Zaky harus berjodoh dengan dunia teknologi. Kuliah di ITB, ia bertemu rekan yang sukses membakar jiwanya untuk jadi pebisnis. Dari mulai buka warung mie hingga mendirikan software house. Kemudian ia iseng membuat "Bukalapak" sebagai proyek sampingan. Tak dinyana, Bukalapak kini menjadi salah satu marketplace paling berpengaruh di tanah air. (Sumber Foto: Kontan)

CEO Bilna, Ferry Tenka

Meski telah mapan bekerja di SanDisk, perusahaan penyimpanan data terkenal di Silicon Valley, Ferry merasa masih ada yang mengganjal. Bersama Jason Lamuda ia mendirikan situs daily deals "DisDus" hingga akhirnya diakuisisi Groupon. Sejak 2014 ia mendirikan Bilna yang kini berubah nama menjadi Orami yang salah satu investornya adalah pendiri Facebook, Eduardo Saverin. (Sumber Foto: Chip)

Pendiri dan CEO Hijup.com, Diajeng Lestari

Untuk merintis Hijup.com, toko online busana muslim, Diajeng hanya bermodal Rp 5 juta. Memang tak besar, lantaran sang suami, Achmad Zacky, founder dan CEO Bukalapak, menangani semua hal terkait dengan situs web. Meski berperan sebagai orang nomor satu di perusahaan, Diajeng masih mau turun menangani kerjaan remeh-temeh, seperti pemotretan produk. (Sumber Foto: KOMPAS)

Mampir sejenak di sini, dengarkan kisah sesama pengguna jalan yang telah berhasil menjalankan bisnisnya di jalan ini.

Hijab Princess

Roja Fitridayani (23 tahun) adalah sosok di balik Hijab Princess. Tidak tanggung-tanggung, sekitar 1.000 hingga 2.000 busana hijab bisa ludes terjual hanya dalam hitungan jam di Instagram. "Orang tua saya tidak tahu bahwa saya berbisnis. Mereka baru tahu ketika saya wisuda dan saya ajak ke workshop," tuturnya.

Tips Belanja Online

  • 1

    Luangkan waktu untuk mengecek reputasi situs belanja, penjual, atau merchant-nya. Caranya dengan membaca testimoni dari pembeli sebelumnya, bertanya ke rekan yang pernah bertransaksi, dan googling.

  • 2

    Cari tahu harga pasaran barang yang diminati. Jangan tergiur dengan harga murah atau diskon fantastis.

  • 3

    Pastikan membaca deskripsi detail terkait produk yang akan dibeli. Yang perlu diperhatikan adalah keaslian barang, kualitas, garansi, dan biaya tambahan seperti ongkos kirim dan asuransi. Jangan malas bertanya langsung ke pembeli soal ini.

  • 4

    Pilih jenis pembayaran yang paling aman. Opsi Cash on Delivery (COD) banyak dipilih konsumen di Indonesia karena dipandang paling aman. Beberapa situs belanja menyediakan fitur rekening bersama untuk mencegah penipuan.

  • 5

    Pilih cara pengiriman barang yang paling aman. Perhatikan reputasi perusahaan pengirim paket dan pakai asuransi jika barang memiliki nilai yang cukup besar.

  • 6

    Simpan bukti transaksi dan histori percakapan dengan penjual.

Mie Kangkung Oma Evie

Tak selamanya bisnis makanan butuh restoran fisik. Nyatanya Mie Kangkung Oma Evie bisa tetap bertahan hanya dengan berjualan online. Menggunakan Instagram untuk memasarkan produknya, banyak pelanggan yang awalnya hanya coba-coba kini menjadi pelanggan tetap.

Monopolis, Toko Board Game Online

Fakta bahwa board game (permainan berbasis papan) dan card game (permainan berbasis kartu) kurang begitu populer di Indonesia tidak menghalangi Robin Irawan untuk membuka usaha penjualan mainan berjenis itu bernama Monopolis. Kini omset bulanannya bisa mencapai hingga Rp 200 juta setiap bulannya.

Via Sosmed dan Forum

Instagram, Facebook, WhatsApp, BBM, OLX, Kaskus

  • 1

    Cari dan pilih barang.

  • 2

    Tanya-tanya dengan penjual.

  • 3

    Deal.

  • 4

    Pembayaran langsung ke penjual melalui transfer bank atau COD.

  • 5

    Penjual menyiapkan barang.

  • 6

    Barang dikirim.

  • 7

    Pembeli menerima barang langsung dari penjual atau dari kurir.

Via Marketplace

Tokopedia, Bukalapak, Elevenia, dll

  • 1

    Pembeli cari dan pilih barang.

  • 2

    Pembeli mentransfer dana ke rekening bersama milik situs belanja.

  • 3

    Penjual diminta mengirimkan barang oleh situs belanja.

  • 4

    Penjual menyiapkan barang.

  • 5

    Penjual mengirim barang menggunakan layanan kurir.

  • 6

    Pembeli menerima barang.

  • 7

    Situs belanja mentransfer uang ke penjual.

Via Situs E-Commerce

Mataharimall, JD.id, Lazada, Blibli

  • 1

    Pembeli cari dan pilih barang.

  • 2

    Pembeli melakukan pembayaran dengan transfer bank, debit, kartu kredit atau bisa juga COD.

  • 3.1

    Barang diambil dari lemari (jika penjual perorangan atau merchant).

  • 3.2

    Barang diambil dari gudang besar (jika penjual dari situs belanja).

  • 4

    Barang dikirim menggunakan layanan kurir.

  • 5

    Pembeli menerima barang.

Tidak semua perjalanan di jalan raya e-commerce Indonesia berjalan mulus. Kadang ada juga ganjalan, rintangan, dan “kecelakaan” yang terjadi di jalan. Berikut beberapa contoh kasus yang sempat menodai perjalanannya pada 2015 lalu:

iPhone Berubah Jadi Sabun

Minggu, 28 Juni 2015, Danis Darusman membeli sebuah ponsel iPhone 6 Plus dari e-commerce Lazada. Saat kemasan paket kiriman dibuka, ternyata isinya bukan smartphone, melainkan sabun mandi. Pihak Lazada bereaksi dan mengirimkan unit iPhone 6 Plus ke Danis pada Kamis, 2 Juli 2015.

Skandal Rekber Panda Hitam

Pertengahan September 2015, forum online Kaskus dihebohkan kasus penggelapan dana oleh pengelola jasa rekening bersama (Rekber) Black Panda dengan inisial RW. Total dana yang dilarikan diprediksi mencapai kisaran Rp 500 juta. Untuk mencegah terulangnya kejadian serupa, pihak pengelola Kaskus menyediakan Rekber resmi dengan nama BranKas mulai November 2015.

Tragedi Yongki si Gajah

Akhir September 2015, netizen Indonesia beramai-ramai menandatangani petisi yang memprotes penjualan barang ilegal berupa gading gajah di tiga layanan e-commerce besar di Tanah Air, yakni Lazada, Bukalapak, dan Tokopedia. Usai diprotes, ketiga pihak kemudian menghapus produk berbahan gading gajah dari layanan masing-masing.

Balada Diskon Palsu Harbolnas

Maraknya diskon palsu yang bertebaran di sejumlah situs e-commerce dengan menggelembungkan harga asli barang sehingga tampak seolah mendapat potongan besar hingga 99%. Para pelaku e-commerce berjanji akan memperketat sistem filtering penjual sekaligus melakukan edukasi mengenai tata cara berjualan online.

Gerilyawan E-Commerce Indonesia

Tak terpantau oleh banyak pihak, ada pula sekelompok anak muda yang sedang berjuang mewujudkan impian e-commerce versi mereka sendiri. Harga produk yang mereka jual dikatrol hingga sepuluh kali lipat dan laris manis hingga ratusan unit.

Target mereka pengguna internet yang belum paham cara belanja online dan berlokasi di luar Pulau Jawa. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanpa gudang, tanpa stok. Mereka membeli melalui e-commerce yang sudah ada, lalu barang dikirim langsung ke pembeli (dropship).

Kini perlahan di antara mereka sudah ada yang berhasil mandiri dan menghadirkan toko online berbasis web, tidak sekadar lewat layanan pesan instan dan iklan saja.

Itulah selintas jalan e-commerce Indonesia. Anda pun bisa melaluinya, baik sekadar untuk melihat-lihat, berbelanja atau bahkan menjadi pelaku. Sekarang saatnya untuk benar-benar memanfaatkan platform jual beli online di Indonesia, jangan lagi tergagap-gagap atau malah ngamuk di pinggir jalan.

Produser
Wicak Hidayat
Penulis
Fatimah Kartini, Deliusno, Reska Koko, Oik Yusuf, Reza Wahyudi, Yoga Hastyadi
Kreatif
Cassandra Etania, Lilyana Tjoeng, Moh. Khoirul Huda, Stephanie Tanata

Copyright 2016. Kompas.com