Mulai Jelajah Lanjut

MOMEN SPEKTAKULER INI

BARU AKAN TERJADI LAGI

TAHUN 2042

SAKSIKAN

GERHANA MATAHARI TOTAL

9 Maret 2016

GERHANA

Perjalanan Manusia Mengenal Semesta Melalui Sang Surya

MATAHARI

Dialah bintang yang membuat bumi benderang. Gas raksasa hingga batu kecil mengelilinginya, kadang melintasi wajahnya, menyebabkan fenomana gerhana.

Hari Rabu pagi, 9 Maret 2016, bulan akan menutup Sang Surya. Itulah saat gerhana matahari total menyapa. Penduduk Indonesia akan menjadi yang paling beruntung sebab wilayahnya akan menjadi satu-satunya daratan yang bisa melihat gerhana matahari total.

Peristiwa ini mengingatkan sebagian dari kita akan gerhana matahari tahun 1983 yang durasinya hampir 6 menit. Sebuah fenomena yang lewat begitu saja karena presiden kita saat itu, Soeharto, melarang untuk melihatnya karena bisa menyebabkan kebutaan. Kabarnya, Beliau sendiri hanya menyaksikan gerhana matahari melalui TVRI.

Sungguh sejarah bisa menceritakan pada kita kisah-kisah menarik bagaimana dahulu manusia memaknai gerhana matahari.

Orang Ternate misalnya, percaya bahwa gerhana matahari disebabkan oleh naga jahat yang melahap matahari. Untuk itu, mereka harus membuat suara gaduh agar sang naga memuntahkan matahari kembali.

Tak diduga kepercayaan orang Jawa, Tionghoa, dan India akan fenomena gerhana matahari memiliki persamaan, hanya penamaan naganya saja yang berbeda.

Pernahkah terpikir mengapa mitos gerhana matahari dari Indonesia mirip dengan Tiongkok dan India?

Mungkinkah kesamaan itu terjadi karena hubungan dagang di masa silam?

Tak melulu tentang mitos, sejarah juga bisa menceritakan bagaimana manusia mengungkap rahasia alam semesta melalui gerhana matahari.

“Benda bermassa besar menyebabkan kelengkungan ruang dan waktu. Cahaya yang bergerak dibelokkan sesuai kelengkungan itu.”

Albert Einstein

Bayangkan ruang dan waktu adalah jaring yang dibentangkan lurus dan benda bermassa adalah bola di atasnya. Tentu bola akan membuat jaring tersebut melengkung, bukan? Apapun yang bergerak di jaring itu akan dipaksa mengikutinya.

“Kalau begitu, cahaya bintang yang jauh saat melewati matahari juga dibelokkan? "Akan kubuktikan!"

Sir Arthur Eddington

29 Mei 1919, Sir Arthur Eddington dan Frank Dyson memotret gerhana matahari total dari Principe, Afrika Barat. Pengamatan dilakukan saat terjadi gerhana matahari sebab saat itulah cahaya matahari menjadi redup sehingga cahaya bintang dapat teramati.

TERNYATA BENAR!

Hasil pengukuran membuktikan kebenaran teori Einstein.

Cahaya bintang di belakang matahari mengalami pembelokan sebesar 1,61 detik busur. Penemuan itu kemudian dirilis dalam pertemuan astronomi di London pada 6 November 1919.

Pengetahuan tentang gravitasi yang mampu membelokkan cahaya kini digunakan untuk mengungkap planet-planet yang letaknya sangat jauh.

MIKROLENS GRAVITASI

Tahun 2003, Ian Bond, astrofisikawan yang sekarang bekerja di University of Massey, Selandia Baru, berhasil mendeteksi keberadaan obyek misterius yang diduga planet dengan metode mikrolens gravitasi.

Hingga saat ini ada lebih dari 30 obyek serupa yang telah ditemukan dengan metode mikrolens gravitasi.

Berkat metode mikrolens gravitasi ini pulalah peneliti akhirnya menemukan banyak bintang di luar sana yang dikelilingi planet-planet sama seperti tata surya kita. Dan bumi ternyata hanya bagian kecil dari alam semesta.

Bahkan ukuran matahari kita terbilang kecil.

Bintang terbesar di alam semesta adalah UY Scuti, ukurannya 1708 kali lebih besar dari matahari.

UY SCUTI

MATAHARI
(hampir tak terlihat)

Seumpama UY SCUTI menghuni tata surya, maka permukaannya ada di antara planet Jupiter dan Saturnus. Alias bumi akan tertelan, tak akan ada kehidupan.

Sedikit menggelikan mungkin bahwa bintang kecil di alam semesta itu dulu pernah disembah. Pada jaman Aztec, manusia bahkan dikurbankan untuk dewa matahari, Huitzilochti.

Sama seperti kita, matahari pun sebenarnya akan mati.

5 MILIAR
TAHUN LAGI

Matahari akan menjelma menjadi bintang raksasa merah dan bumi kita akan ditelan. Itulah mungkin yang disebut dengan kiamat menurut ilmu pengetahuan.

Tapi apakah benar kehidupan manusia akan berakhir saat itu? Mungkin tidak!

Neil Armstrong menjadi manusia pertama yang mendarat di bulan.

Sekarang, misi ke Mars tengah digagas.

Pada saat matahari kelak mati, manusia mungkin sudah berhasil menemukan cara tinggal di planet atau bahkan tata surya lain.

Saat mahatari sekarat, manusia mungkin bisa lari ke Mars yang mungkin bakal menjadi layak huni pada masa yang akan datang.

Manusia saat ini juga sudah menemukan planet yang diyakini paling mirip dengan bumi seperti Kepler-186f.

Planet-planet lain juga tak kalah indah.

Planet bernama 30 Ari Bb yang berjarak 136 tahun cahaya dari bumi memiliki empat bintang.

Pemandangan di planet 'alien' juga unik. Di HD 209458 b misalnya, senja berwarna biru.

Bisakah kita ke sana?

Masih banyak yang belum kita ketahui dengan pasti. Masih banyak yang perlu kita konfirmasi.

Tak dapat dipungkiri fenomena gerhana matahari telah menjadi teropong untuk melihat perjalanan manusia memaknai alam semesta dan keberadaannya. Sungguh ilmu pengetahuan telah berperan mencerahkan kita semua.

Mari kita lihat dan maknai bersama fenomena gerhana matahari 9 Maret 2016 ini. Simak penjelasannya di bawah ini dan ikuti perkembangan terbarunya di liputan khusus gerhana.

Penampakan Gerhana Matahari di Indonesia

Pilih lokasimu di bawah ini:

(Waktu yang ditampilkan adalah waktu lokal)

Aceh

Banda Aceh

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.26 - 8.34
Gerhana Maksimum
7.22
Ketertutupan

70.38%

Sumatera Utara

Medan

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.24 - 8.37
Gerhana Maksimum
7.22
Ketertutupan

77.58%

RIAU

Pekanbaru

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.22 - 8.29
Gerhana Maksimum
7.21
Ketertutupan

89.64%

JAMBI

Jambi

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.21 - 8.30
Gerhana Maksimum
7.21
Ketertutupan

98.03%

Bengkulu

Bengkulu

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.19 - 8.27
Gerhana Maksimum
7.19
Ketertutupan

98.60%

Bangka Belitung

Pangkal Pinang

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.21 - 8.33
Gerhana Maksimum
7.23
Ketertutupan

99.91%

Tanjung Pandan

Gerhana Matahari Total

Periode Gerhana
6.21 - 8.35
Fase Total
7.22.51 - 7.25.03
Ketertutupan

100%

Lampung

Bandar Lampung

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.19 - 8.30
Gerhana Maksimum
7.20
Ketertutupan

92.24%

Sumater Barat

Padang

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.21 - 8.27
Gerhana Maksimum
7.20
Ketertutupan

95.33%

Banten

Serang

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.19 - 8.30
Gerhana Maksimum
7.21
Ketertutupan

89.22%

DKI Jakarta

Jakarta

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.19 - 8.31
Gerhana Maksimum
7.21
Ketertutupan

88.74%

Jawa Barat

Bandung

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.19 - 8.32
Gerhana Maksimum
7.21
Ketertutupan

85.76%

Jawa Tengah

Semarang

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.20 - 8.36
Gerhana Maksimum
7.23
Ketertutupan

84.84%

DI Yogyakarta

Yogyakarta

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.20 - 8.35
Gerhana Maksimum
7.23
Ketertutupan

81.64%

Jawa Timur

Surabaya

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.21 - 8.39
Gerhana Maksimum
7.25
Ketertutupan

82.14%

Kalimantan Barat

Pontianak

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
6.23 - 8.40
Gerhana Maksimum
7.27
Ketertutupan

93.07%

Kalimantan Selatan

Banjarmasin

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
7.23 - 9.47
Gerhana Maksimum
8.30
Ketertutupan

98.16%

Kalimantan Timur

Balikpapan

Gerhana Matahari Total

Periode Gerhana
7.25 - 9.53
Fase Total
8.34.02 - 8.34.51
Ketertutupan

100%

Kalimantan Utara

Tarakan

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
7.30 - 9.59
Gerhana Maksimum
8.39
Ketertutupan

83.86%

Kalimantan Tengah

Palangkaraya

Gerhana Matahari Total

Periode Gerhana
7.23 - 9.46
Fase Maksimum
8.28.59 - 8.31.28
Ketertutupan

100%

Sulawesi Barat

Polewali

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
7.25 - 9.56
Gerhana Maksimum
8.35
Ketertutupan

95.40%

Sulawesi Selatan

Makassar

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
7.25 - 9.54
Gerhana Maksimum
8.35
Ketertutupan

88.55%

Sulawesi Tenggara

Kendari

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
7.28 - 10.02
Gerhana Maksimum
8.40
Ketertutupan

90.94%

Sulawesi Tengah

Palu

Gerhana Matahari Total

Periode Gerhana
7.27 - 10.00
Fase Total
8.37.47 - 8.39.51
Ketertutupan

100%

Gorontalo

Gorontalo

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
7.31 - 10.09
Gerhana Maksimum
8.45
Ketertutupan

98.43%

Sulawesi Utara

Manado

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
7.34 - 10.15
Gerhana Maksimum
8.49
Ketertutupan

96.69%

Bali

Denpasar

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
7.22 - 9.43
Gerhana Maksimum
8.28
Ketertutupan

76.44%

Nusa Tenggara Barat

Mataram

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
7.22 - 9.43
Gerhana Maksimum
8.28
Ketertutupan

76.42%

Nusa Tenggara Timur

Kupang

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
7.28 - 9.55
Gerhana Maksimum
8.37
Ketertutupan

65.47%

Maluku

Ambon

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
8.33 - 11.16
Gerhana Maksimum
9.49
Ketertutupan

87.11%

Maluku Utara

Ternate

Gerhana Matahari Total

Periode Gerhana
8.36 - 11.20
Fase Total
9.51.41 - 9.54.20
Ketertutupan

100%

Maba

Gerhana Matahari Total

Periode Gerhana
8.36 - 11.23
Fase Total
9.52.56 - 9.56.16
Ketertutupan

100%

Papua

Jayapura

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
8.53 - 11.48
Gerhana Maksimum
10.17
Ketertutupan

73.89%

Papua Barat

Sorong

Gerhana Matahari Sebagian

Periode Gerhana
8.39 - 11.28
Gerhana Maksimum
9.58
Ketertutupan

94.20%

Sumatera Selatan

Palembang

Gerhana Matahari Total

Periode Gerhana
6.20 - 8.31
Fase Total
7.20.49 - 7.22.41
Ketertutupan

100%

Produser

  • Yunanto Wiji Utomo

Redaksi

  • Agustinus Wisnubrata
  • Icha Rastika
  • Sabrina Asril
  • Caroline Damanik
  • Yunanto Wiji Utomo

Video

  • Ardhira AP
  • Andre Sugiharto
  • Ivan P Demon
  • Yudha Narayana
  • Akbar Riyadi
  • Sherly Susanto
  • Deni Abdurachman

Kreatif

  • Lilyana Tjoeng
  • Rendi Rahmadani
  • Cassandra Etania Sasmita
  • Stephanie Tanata