Kopi asal Sulawesi yang paling terkenal adalah kopi Toraja. Berbeda dengan Gayo, kopi Toraja
cenderung memiliki kadar keasaman tinggi sehingga rasanya pun lebih asam dengan aroma khas earthy.
Bijinya pun kecil dan mengilap. Bagi yang bermasalah dengan lambung, kopi Toraja rasanya kurang
cocok untuk dijadikan minuman santai saat pagi hari.
Selain Sumatera, Aceh, dan Sulawesi, daerah-daerah lain juga menghasilkan kopi dengan aroma dan
cita rasa khas. Misalnya kopi Bali Kintamani, kopi Jawa, kopi Wamena, dan kopi Flores.
Kopi Aceh
Kopi di tanah Aceh tersebar di sejumlah daerah, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.
Kopi tersebut terkenal dengan sebutan kopi Gayo. Rata-rata kopi ini ditanam di dataran tinggi
di tiga daerah tersebut.
Secara historis, kopi di Aceh muncul sekitar abad ke-17, pada masa penjajahan Belanda. Kopi ini
terbilang nikmat sehingga dijadikan primadona oleh Belanda. Bahkan, Belanda menyebut kopi ini
produk masa depan karena saat itu sangat diminati di pasar luar negeri. (Tanah Air: Kopi Gayo,
Warisan yang Menghidupi/Harian Kompas edisi Sabtu, 20 Agustus 2011)
Kini, kopi Gayo, selain terkenal di negeri sendiri, juga dikenal oleh penikmat kopi di luar
negeri, terutama di Uni Eropa.
Terdapat 60 varietas dan cultivated variety kopi Gayo. Namun, dari banyak varietas itu,
dua di antaranya diambil untuk dikembangkan, yakni varietas Gayo 1 dan Gayo 2. Pengembangan dua
varietas ini merupakan saran dari Kementerian Pertanian karena keduanya dianggap memiliki
kualitas baik.
Menurut Mahdi, Ketua Gayo Cupper Team (GCT), sebuah asosiasi penguji cita rasa kopi, salah satu
ciri khas kopi arabika Gayo adalah kecenderungan pada rasa yang tidak konsisten. Hal itu
terjadi karena perkebunan kopi di daerah ini memiliki ketinggian yang berbeda, serta cara
budidaya yang beragam.
Kopi arabika yang ditanam pada ketinggian di bawah 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl)
cenderung menghasilkan kualitas fisik jelek dan cita rasa yang tidak disukai oleh penikmat kopi
pada umumnya. Keasaman kopi rendah dan kurang kental. Sementara itu, kopi yang ditanam di atas
ketinggian 1.200 mdpl menghasilkan biji kopi yang baik dengan cita rasa yang lebih kompleks.
Kopi Sumatera
Sumatera juga memiliki kopi yang memiliki cita rasa nikmat. Beberapa jenis kopi Sumatera yang
sudah terkenal di dalam dan luar negeri adalah kopi Sidikalang, Besemah, dan arabika Dolok
Sanggul.
Biji kopi Sidikalang memiliki tekstur yang lambut, tetapi rasanya berat. Rasa khas ini dikatakan
sebagai hasil perpaduan cuaca sejuk dengan tanah di ketinggian 1.500 mdpl.
Selain Sidikalang, Sumatera juga memiliki kopi Besemah. Tanaman kopi ini terletak di daerah
perbukitan dan pegunungan Pagaralam. Jenis kopi robusta ini sangat diminati karena memiliki
aroma yang istimewa dan kuat. Wanginya sudah tercium sebelum kopi tersebut dibuat. Konon, kopi
ini merupkan minuman favorit Ratu Juliana pada zaman penjajahan Belanda dulu.
Lalu, Dolok Sanggul yang merupakan kopi khas Sumatera Utara, tepatnya di Kecamatan Dolok
Sanggul, ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan.
Kopi Dolok Sanggul memiliki karakter khas, yakni ukuran biji hijau kebiru-biruan yang mungil
dengan aromanya menyengat. Saat diseduh, aromanya kuat. Rasa asam buah memikat, terdapat
semacam rasa cokelat atau gula merah, pahitnya segar dan lekat di langit-langit mulut.
Sumatera juga memiliki kopi arabika dan robusta di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan,
terutama di tanah dengan ketinggian 500-1.500 mdpl di Desa Segampit, Kecamatan Semendo. Rasanya
mirip cokelat keasam-asaman.
Kopi Lampung
Lampung juga dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia. Sebagian besar,
jenis kopi yang ditanam adalah robusta.
Salah satu kopi Lampung yang terkenal adalah kopi Ulubelu. Nama Ulubelu sendiri diambil dari
nama kecamatan di Tanggamus, tempat kopi tersebut ditanam.
Kopi Ulubelu memiliki karakteristik biji kopi yang sedikit berbeda dari jenis kopi robusta di
daerah lainnya. Kopi ini memiliki bentuk buah atau biji kopi yang lebih bulat dari kebanyakan
kopi robusta, terutama kopi robusta daerah lain di Lampung.
Selain itu, cita rasa kopi Ulubelu lebih berat menunjukkan kandungan zat yang lebih banyak pada
sebuah biji kopi, serta memiliki rasa yang sangat lezat dengan aroma begitu khas. Ada yang
bilang aromanya seperti cokelat atau gula aren.
Kopi Ulubelu bisa mudah didapat di berbagai outlet makanan khas Lampung hingga swalayan
di Kota Bandar Lampung. Bahkan, kopi Ulubelu Lampung kemasan modern telah merambah pasar luar
daerah.
Sebagian besar penduduk setempat menyajikannya dengan mencampurkan gula aren pada seduhan kopi
tubruknya.
Kopi Jawa
Jawa punya macam kopi lebih banyak daripada daerah lain. Sebab, wilayah Jawa lebih luas dan
hampir di setiap daerahnya terdapat produk kopi. Sebut saja di Malang ada kopi Dampit,
Bondowoso punya kopi Raung dan Ijen, Yogyakarta memiliki kopi Merapi, demikian halnya dengan
Kendal.
Kopi Dampit menjadi brand untuk kopi di Malang. Kopi ini memiliki aroma dan cita rasa
cokelat karamel.
Kopi Ijen Raung diambil dari nama dua gunung yang mengapit Bondowoso, yakni Gunung Ijen dan
Raung. Kopi arabika Ijen Raung memiliki rasa khas masam, cokelat, pedas, serta beraroma
rempah-rempah. Rasa asam itu dihasilkan karena kopi tersebut tumbuh di lereng gunung dengan
ketinggian di atas 1.000 mdpl.
Sementara itu, nama kopi Merapi memang tak sepopuler macam lainnya. Padahal, kopi tersebut sudah
dibudidaya sejak zaman kolonial Belanda. Kopi tersebut ditanam di lereng Gunung Merapi yang
hingga kini masih aktif.
Kopi Merapi memiliki cita rasa halus, berbeda dari kopi lainnya. Hal itu diperoleh karena kopi
Merapi ditanam di tanah vulkanik sehingga tekstur dan rasanya cenderung lebih halus.
Untuk Kendal, ada kopi varietas exelsa dan robusta. Kopi Kendal memiliki tiga aroma,
yakni buah nangka, pisang, dan cengkeh. Kopi yang beraroma buah nangka adalah varietas Exelsa,
sedangkan kopi yang mempunyai aroma buah pisang adalah varietas robusta.
Kopi Bali dan Lombok
Bali memiliki kopi khas yang biasa disebut Kintamani. Kopi ini sebagian besar dikembangkan di
Desa Mengani sekitar Danau Kintamani. Maka dari itu, sebagian orang ada yang menyebut kopi khas
Bali adalah Mengani atau Kintamani Mengani.
Di Desa Mengani, 95 persenkopi yang ditanam berjenis “kobra”. Disebut
“kobra”, kopi ini kali pertama dikembangkan di Kolombia dari hasil persilangan
Caturra dengan Hibrido de Timor, tetapi kemudian lebih populer di Brasil.
Kopi Kintamani olahan Pabrik Kopi Mengani memiliki kekhasan rasa tersendiri. Aroma yang muncul
adalah buah longan, melon, dan karamel dari selai nanas pada kue nastar. Rasa ini tidak lepas
dari faktor tanah, varietas, dan teknik pengolahan.
Kopi Lombok yang cukup dikenal di Indonesia, terutama yang diolah di Dusun Prabe, Desa Batu
Mekar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
Tahun 2013, nama kopi “Lombok” berganti dengan nama kopi “Prabe Lombok”.
Lalu tahun 2015, namanya kembali berubah menjadi kopi “Radja Lombok”.
Selain kopi Radja Lombok, Dusun Prabe juga mengeluarkan Kopi Sembalun yang ditanam di lereng
Gunung Rinjani. Kopi Sembalun dibuat dari biji kopi pilihan yang benar-benar sudah matang.
Kopi Sulawesi
Berbicara tentang kopi di Sulawesi, pasti mengarah ke kopi Toraja. Kopi ini termasuk legendaris
dan sudah dikenal hingga ke luar negeri.
Kopi Toraja dulu dikenal sebagai minuman santai kaum elite. Bahkan, oleh masyarakat Toraja
sendiri, kopi tersebut disebut minuman para dewa (Kopi Toraja, Kopi Para Dewa/Harian Kompas
edisi 14 Agustus 2016).
Kopi juga dijadikan minuman pesta-pesta para elite di Batavia pada abad ke-19, dan menjadi
komoditas yang diperebutkan para pedagang besar di Sulawesi.
Kopi Toraja memiliki dua varietas, yakni arabika dan robusta. Keduanya memiliki kandungan asam
yang cukup rendah. Kopi Toraja ini tidak meninggalkan rasa pahit, sensasi rasa pahit langsung
hilang seketika pada tegukan pertama.
Umumnya rasa kopi Toraja serupa dengan kopi Sulawesi, yaitu memiliki rasa khas tanah dan hutan
dengan kandungan asam rendah. Hal ini sangat dipengaruhi oleh proses pemetikan biji kopi
menggunakan teknik tertentu.
Kopi Papua
Kopi asal Papua terbilang salah satu kopi terbaik di Indonesia. Sebagian orang menyebut rasa
kopi asal Papua yang mayoritas varietas Arabika ini sangat nikmat, terlebih kopi yang ditanam
pada ketinggian 2.000 mdpl, yakni di puncak Pegunungan Jayawijaya.
Dikutip Kompas Travel, Kwei Ing, salah satu penyedia kopi arabika Papua saat Organic
Weekend Festival di Hotel Crowne Plaza Bandung, Sabtu (19/3/2016), menyebutkan, kopi arabika
dari dataran tinggi Papua merupakan salah satu kopi terbaik yang dimiliki Indonesia.
“Kopi arabika yang ditanam di area puncak pegunungan Jayawijaya memiliki kadar asam yang
mendekati nol, dan kafein yang rendah. Karena semakin tinggi tempatnya, kopi arabika akan
semakin bagus,” ujar Ing.
Menurut Ing, kopi arabika ditanam pada ketinggian 2.000 mdpl. Secara geografis, itu termasuk
yang tertinggi di dunia sehingga bebas polusi, bebas hama, dan tidak membutuhkan pupuk.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Papua, terdapat 16 kelompok petani kopi di Papua yang
tersebar di Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten
Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Dogiyai.