MUDIK. Ritual pulang ke kampung halaman telah menjadi urusan Nasional, yang melibatkan hampir semua sektor kehidupan, semua lapisan sosial dan ekonomi masyarakat. Tujuan mudik hanya satu, merayakan kemenangan setelah sebulan berpuasa sekaligus kegembiraan bersama keluarga dan handai taulan.
Betapa pun perjalanan untuk mencapai kebahagiaan itu membutuhkan kesabaran tingkat tinggi, perjuangan tak kenal lelah, dan tentu saja pengendalian emosi, tak seberapa bila dibandingkan dengan kesuksesan merayakan ideologi keagamaan tentang Lebaran tahunan di tempat tujuan.
Untuk kali ketiga, Kompas.com dengan bangga mempersembahkan Visual Interaktif Kompas (VIK) Merapah Trans-Jawa. Kami menelusuri jalur konektivitas Trans Jawa tol dan non-tol. Perjalanan dimulai dari Jakarta hingga Banyuwangi.
MENELUSURI JEJAK TRADISI
DARI JAKARTA HINGGA BANYUWANGI
Mudik adalah tradisi yang terkait sosial dan budaya, bisa disebut juga sebagai identitas kita, bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sejak jauh hari, Pemerintah telah menyiapkan berbagai rencana terintegrasi lintas sektor untuk menjamin kelancaran dan kenyamanan masyarakat melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman.
Pemerintah memastikan manajemen mudik tahun 2018 akan berjalan lebih baik, bahkan mengulang kesuksesan mudik 2017 yang mendapat apresiasi positif dari berbagai kalangan.
Tahun ini, Hari Raya Idul Fitri jatuh pada Jumat 15 Juni 2018 dan Sabtu 16 Juni 2018. Pemerintah telah menetapkan cuti bersama Lebaran mulai tanggal 11-14 Juni 2018.
Sementara arus balik diprediksi akan mulai padat pada hari terakhir cuti bersama yang jatuh pada Rabu, 20 Juni 2018. Sedangkan, puncak arus balik diprediksi terjadi jatuh pada Sabtu, 23 Juni 2018.
Memang, bukan perkara mudah mengelola pergerakan masyarakat tahun ini yang diprediksi mencapai 19,5 juta penumpang dengan angkutan umum, dan 12,2 juta orang dengan kendaraan pribadi.
Jumlah masyarakat yang bergerak itu menggunakan angkutan darat, laut, maupun udara. Karena persiapan dan koordiansi lintas sektor berjalan mulus, angka kecelakaan lalu lintas pada tahun 2017 pun menurun tajam hingga mencapai 30 persen.
Dari data yang dirilis Polri, jumlah kecelakaan mudik tahun 2016 mencapai 4.550 kasus, sedangkan tahun 2017 hanya 3.168 kasus. Dari jumlah tersebut, korban luka ringan juga mengalami penurunan dari 5.697 orang menjadi 4.366 orang.
Demikian halnya pada korban yang mengalami luka berat dari 1.147 orang menjadi 687 orang. Adapun jumlah korban meninggal dunia, penurunan signifikan juga terjadi yaitu dari 1.261 orang menjadi 742 orang.
Salah satu faktor penting keberhasilan pelaksanaan mudik yaitu kesiapan infrastruktur. Di samping kesigapan personel pengaman mudik lebaran dan juga sarana transportasi. Pascalebaran 2017 lalu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) langsung menggenjot pembangunan infrastruktur konektivitas.
Tak hanya jalan nasional dan jalur alternatif yang diperbaiki, tetapi juga jalan tol, jembatan, dan jalan layang atau flyover. Secara total, 450,72 km jalan tol dibuka fungsional atau sementara pada mudik tahun ini, terdiri atas Tol Trans-Jawa 315,35 km dan Tol Trans-Sumatera 135,37 km.
Dari 315,35 km Tol Trans-Jawa yang dibuka, 151,5 km di antaranya terbentang dari Brebes Timur hingga Weleri. Sisanya 163,85 km terbentang dari Semarang hingga Surabaya.
Meski fungsional, di sepanjang jalur tersebut juga dilengkapi dengan tempat istirahat sementara yang dapat dimanfaatkan oleh para pemudik yang ingin beristirahat.
Lokasi Tempat Istirahat Sementara
di Jalur Tol Fungsional
Khusus data tol fungsional Trans-Jawa adalah sebagai berikut:
Tahun ini keberadaan tol fungsional Trans-Jawa diyakini cukup efektif mengurangi kemacetan, terutama di empat kawasan yaitu Tegal, Pemalang, Pekalongan dan Batang. Selain itu, jalan tol tersebut juga mampu memangkas waktu tempuh hingga kurang lebih tiga jam.
Pemerintah memperkirakan terjadi kenaikan lalu lintas di jalan tol pada jalur mudik balik lebaran 2018 terhadap lalu lintas normal dengan rata-rata kenaikan 73 persen untuk arus mudik, dan 80 persen untuk arus balik.
Kenaikan lalin tertinggi diprediksi ada di Gerbang Tol Palimanan mencapai 478 persen (Arus Mudik) dan 471 persen (arus balik), namun masih dapat dilayani oleh kapasitas gerbang tol
Perbatasan jalan tol operasi dan jalur fungsional perlu mendapat perhatian khusus, terkait kapasitas gerbang dan pengaturan lalu lintasnya
Yang menarik dari perhelatan mudik tahun ini adalah untuk kali perdana transaksi non tunai atau elektronifikasi di jalan tol diberlakukan. Terkait hal ini, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjamin kesiapan transaksi elektronik di gerbang tol (GT) pada musim lebaran 2018 jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Bila sebelumnya, transaksi elektronik masih bersifat imbauan, untuk tahun ini seluruh transaksi pembayaran telah menggunakan uang elektronik 100 persen.
Kementerian PUPR telah berkoordinasi dengan Perhimpunan Bank Negara (Himbara) untuk menyediakan sekitar 150.000 uang elektronik perdana saat mudik mendatang. Untuk memudahkan transaksi pembayaran, setidaknya 120 mobile reader disiapkan di depan gardu tol yang memiliki tingkat kepadatan tinggi, seperti GT Cikupa, GT Cikarang Utama, dan GT Palimanan.
Demi kelancaran dan kenyamanan pemudik, diimbau untuk memastikan kecukupan saldo uang elektronik sebelum melakukan perjalanan. Saat ini setiap kartu uang elektronik telah mampu menyimpan saldo hingga maksimum Rp 2.000.000 per kartu.
Elektronifikasi transaksi jalan tol ini juga mendapat dukungan dari Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). Salah satunya adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Perusahaan pelat merah ini telah menambah 43 lokasi top up uang elektronik yang tersebar di gerbang-gerbang tol yang dikelola bersama anak usaha.
Sebelumnya perseroan telah memiliki 13 lokasi top up. Dengan penambahan ini, maka lokasi top up yang tersedia mencapai 56 lokasi.
Selain itu, Jasa Marga bekerja sama dengan perbankan untuk menyediakan layanan gerak di tempat istirahat dan pelayanan selama periode Juni 2018.
Mudik tahun ini juga menawarkan opsi pemanfaatan jalur alternatif. Ada tiga pilihan jalur yang bisa dilintasi untuk arus mudik di sepanjang jalan Trans-Jawa, yaitu lintas utara Jawa, lintas tengah Jawa, dan lintas selatan Jawa.
Lintas utara Jawa atau yang dikenal dengan jalur pantai utara (pantura) membentang dari ujung barat Pulau Jawa di Provinsi Banten hingga ke ujung timur Provinsi Jawa Timur. Menurut data Kementerian PUPR, panjangnya sekitar 1.341 km.
Titik awalnya mulai dari Serang, Banten, kemudian ke wilayah DKI Jakarta, dilanjutkan ke Palimanan, di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Jalur itu berlanjut ke wilayah Brebes, Pemalang, Batang, Semarang, dan Demak di Jawa Tengah; lalu diteruskan hingga ke Surabaya, Pasuruan, dan berujung di Banyuwangi, Jawa Timur.
Untuk lintas tengah Jawa terbentang sepanjang 1.197 km, mulai dari Bandung, Yogyakarta, Solo, Ngawi, Kertosono, Mojokerto, hingga Surabaya.
Untuk lintas selatan Jawa atau yang biasa disebut sebagai pantai selatan (pansela) Jawa memiliki panjang lebih kurang 1.405 km. Lebar jalannya antara 5 meter sampai 7 meter.
Jalur ini terbentang mulai dari Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), hingga Jawa Timur. Jika dihitung dari ujung barat Pulau Jawa, yaitu Pelabuhan Merak, Banten, dan berakhir di ujung timur Pulau Jawa, yaitu Banyuwangi, ada 23 kabupaten yang dilintasi para pemudik.
Khusus di jalur pansela Jawa, selain kondisi jalan yang mulus, tersedia juga berbagai objek wisata menarik yang bisa dikunjungi.
Puncak arus mudik Lebaran 2018 diprediksi jatuh pada 8 Juni 2018. Ini terkait dengan penetapan jadwal cuti bersama mulai dari 11 Juni hingga 20 Juni 2018.
Bagi Anda yang berencana mudik dengan menggunakan kendaraan pribadi, ada baiknya bila Anda merencanakan waktu perjalanan yang lebih matang.
Copyright 2018. Kompas.com