Pembangunan infrastruktur tak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, juga menyentuh wilayah-wilayah di seluruh pelosok Nusantara. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutnya sebagai pembangunan Indonesia-sentris dengan menekankan pada aspek pemerataan guna menumbuhkan pusat-pusat perekonomian baru.
Visual Interaktif Kompas (VIK) kali ini menyajikan liputan khusus Merapah Trans Sumatera dengan melintasi Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sebagai infrastruktur konektivitas yang menghubungkan Provinsi Lampung di selatan hingga Provinsi Aceh di utara Pulau Sumatera.
JTTS dirancang sepanjang 2.818 kilometer dan telah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional (PSN). PT Hutama Karya (Persero) ditunjuk sebagai pelaksana pembangunan sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 117 Tahun 2015, untuk mengembangkan 2.704 kilometer.
Sepanjang 114 kilometer lainnya dikerjakan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) lainnya. Terdapat 8 ruas yang membentang 650 kilometer di antaranya merupakan prioritas untuk diselesaikan hingga akhir tahun 2019.
Kegiatan Merapah Trans Sumatera merupakan kelanjutan kisah sukses ekspedisi sebelumnya yang sudah lima kali digelar dengan tajuk Merapah Trans Jawa.
Dilaksanakan selama enam hari efektif mulai tanggal 26 Agustus hingga 31 Agustus 2019, melintasi lima ruas Tol Trans Sumatera sepanjang total 463,4 kilometer di dua Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan.
Kelima ruas tol tersebut yakni Bakauheni-Terbanggi Besar, Terbanggi Besar-Pematang Panggang, Pematang Panggang-Kayu Agung, Kayu Agung-Palembang, dan Palembang-Indralaya.
Selain memotret progres fisik pembangunan Tol Trans Sumatera, Tim Merapah Trans Sumatera juga mengulas tuntas destinasi wisata bersejarah, dan kuliner legendaris khas Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan.
Di antaranya Menara Siger, Sentra Keripik Pisang di Lampung, Mie Khodon, dan Pengrajin Kain Tapis di Lampung. Kemudian Martabak Har, Hutan Kota Punti Kayu, Makanan Khas Pempek, dan Masjid Laksamana Cheng Ho di Palembang, Sumatera Selatan.
Tak lupa pula, artikel bersifat panduan untuk para pengendara, bagaimana pentingnya mengecek kondisi kendaraan sebelum melintas JTTS, bagaimana cara mengendalikan kendaraan di lintasan JTTS yang masih relatif sepi, dan bagaimana cara mengatasi bila terjadi masalah.
Terlebih untuk melakukan perjalanan panjang pulang ke kampung halaman bersama keluarga, penting untuk diketahui tempat-tempat istirahat (rest area) yang telah beroperasi dan dilengkapi dengan SPBU, toilet, loket isi ulang kartu elektronik, dan mini market.
Siapkan perjalanan Anda dengan baik. Semoga selamat sampai tujuan!
Betapa pembangunan jalan bebas hambatan ini telah mengubah fisik wajah kota-kota yang dilintasinya, mengubah preferensi jalur berkendara, mengubah ekonomi biaya tinggi menjadi lebih efisien, serta mengubah kinerja dan produktivitas.
Hal ini, tentu saja sesuai dengan tujuan JTTS dibangun, yakni untuk memangkas biaya logistik dan meningkatkan daya saing produk Indonesia. Sebab, JTTS merupakan back bone (tulang punggung) dengan peran yang demikian penting serta berdampak signifikan pada berkurangnya waktu tempuh kendaraan sehingga intensitas pergerakan orang dan logistik pun meningkat.
Digagas pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan dieksekusi pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), menjadi gambaran singkat pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Jalan berbayar sepanjang 2.818 kilometer ini akan terbentang mulai dari ujung selatang di Bakauheni, Provinsi Lampung, hingga ke ujung utara di Banda Aceh, Aceh.
Pembangunan jalan tol ini dimulai dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera.
Perpres yang diteken Presiden SBY pada bulan September itu isinya menugaskan kepada PT Hutama Karya (Persero) untuk menggarap empat ruas tol, yaitu Medan-Binjai (17 kilometer), Palembang-Indralaya (22 kilometer), Bakauheni-Terbanggi Besar (140 kilometer) dan Pekanbaru-Dumai (131 kilometer).
Tujuh bulan berselang atau tepatnya April 2019, Presiden Jokowi memulai peletakkan batu pertama pembangunan ruas Bakauheni-Terbanggi Besar.
Setelah mendapat penugasan pertama, Hutama Karya kembali mendapat tugas tambahan melalui Perpres Nomor 117 Tahun 2015 untuk menggarap 20 ruas baru. Namun, hanya empat ruas yang disebut sebagai prioritas yakni Terbanggi Besar-Pematang Panggang (100 kilometer), Pematang Panggang-Kayu Agung (85 kilometer), Palembang-Tanjung Api-Api (90 kilometer), Kisaran-Tebing Tinggi (60 kilometer).
Selanjutnya penugasan pembangunan jalan tol sesuai dengan Perpres Nomor 117 Tahun 2015 dilakukan melalui Surat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk tiga ruas tambahan lainnya yakni Medan-Banda Aceh (470 kilometer), Pekanbaru-Padang (240 kilometer) dan Tebing Tinggi-Parapat (60 kilometer).
Total, 11 ruas prioritas JTTS yang digarap Hutama Karya sepanjang 1.415 kilometer.
Pengembangan jaringan JTTS diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi di sepanjang koridor yang dilalui. Selama ini, pola koleksi-distribusi cenderung terpusat pada kota-kota yang memiliki akses yang baik untuk kemudian menjadi pintu bagi kota kecil lainnya. Hal ini pun dikhawatirkan akan semakin menimbulkan ketimpangan antara kota utama dengan kota kecil lainnya.
Dalam kajian yang dilakukan Hutama Karya, JTTS akan mengubah pola koleksi distribusi yang menyebar menjadi linier agar distribusinya merata. Dampaknya, ketimpangan antar kota bisa dikurangi. Selain itu, pembangunan pesisir barat Sumatera diharapkan terbantu dengan adanya JTTS.
Dampak lainnya yaitu adanya integrasi antara JTTS denga pelabuhan di pesisir pantai barat dan timur Sumatera, sehingga memperlancar arus barang dan jasa dan diikuti oleh penurunan biaya logistik. Di samping itu, keterhubungan dengan hub regional dan internasional akan menopang pertumbuhan ekonomi di pulau ini.
Berdasarkan studi value capture yang dilakukan di empat provinsi yaitu Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan dan Lampung, potensi output yang dapat dihasilkan yaitu mencapai Rp 36.421 triliun dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai Rp 19.574 triliun.
Sedangkan, jumlah tenaga kerja pada 2040 diperkirakan mencapai 2.305.506 orang dengan pendapatan mencapai Rp 4.917 triliun.
Ada empat skema value capture untuk memaksimalkan manfaat JTTS bagi pemerintah, yaitu pajak, retribusi, pemanfaatan aset pemerintah dan kontribusi pihak ketiga. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah masing-masing berpotensi memperoleh manfaat dana dari penerapan skema ini selama periode konsesi JTTS (2018-2048) pada wilayah studi.
Potensi tambahan penerimaan pajak pemerintah pusat diperkirakan mencapai Rp 2.685 triliun atau rata-rata Rp 89 triliun per tahun. Sedangkan pemda berpotensi mendapat tambahan sebesar Rp 283 triliun atau rata-rata 9,4 triliun per tahun.
Namun, untuk mendukung hal tersebut perlu adanya sejumlah langkah yang dilakukan pemerintah dearah. Mulai dari pembinaan dan pengembangan program daerah yang mendukung keberadaan JTTS, dukungan terhadap investasi yang memanfaatkan JTTS, pembinaan dan pengembangan BUMD, hingga penciptaan program-program yang kreatif/inovatif dalam menciptakan wajib pajak baru.
Sebelum Anda melakukan perjalanan panjang melintasi JTTS, ada baiknya mempersiapkan kendaraan, dan segala sesuatunya dengan matang.
Ada empat hal yang harus Anda perhatikan:
1. Cek Kondisi Ban dan Rem Mobil
Pengendara patut memperhatikan kondisi ban dan rem mobil. Sebab, hal itu sangat penting guna menunjang keselamatan berkendara. Terlebih, saat ini masih sedikit bengkel di sekitar JTTS yang siap sedia.
Untuk kendaraan pribadi, sebaiknya menggunakan tekanan angin yang sesuai dengan buku pedoman. Biasanya, dalam keadaan normal ukurannya kisaran 28 untuk depan dan belakangnya 30. Kalau muatannya penuh dan sedikit berat, ada baiknya ditambah.
Setiap 3 jam sekali, lakukan istirahat supaya ban tetap pada kondisi optimal. Jangan dipaksa, karena ketika mobil terus berjalan ada potensi meningkatnya temperatur pada ban yang disebabkan panas.
Ban yang tidak dapat berkerja optimal, akan mempengaruhi kekuatan rem dalam menghentikan laju kendaraan.
2. Jangan Membawa Muatan Terlalu Banyak dan Jaga Kecepatan
Kondisi JTTS masih sangat sepi kendaraan. Meski seperti itu, penting untuk memperhatikan kecepatan berkendara mengingat masih ada beberapa pekerja dan warga sekitar yang berada di bahu jalan.
Kontur jalan pun tak semuanya mulus, pada beberapa titik masih ada kerikil halus. Berkendara yang agresif juga akan mempengaruhi kekuatan ban. Jadi sebaiknya jaga kecepatan. Apalagi untuk jalanan yang belum pernah dilalui.
Selain itu, jaga muatan di mobil agar jangan terlalu berat. Sebab, hal ini akan memengaruhi pengendalian dan handling kendaraan.
3. Membawa Konsumsi
Belum semua tempat istirahat beroperasi sepanjang JTTS. Selama perjalanan, terpantau baru dua tempat istirahat darurat yang sudah dibuka yakni sepanjang ruas tol Bakauheni-Terbanggi Besar.
Jadi sebaiknya bawa konsumsi dan perlengkapan darurat yang menunjang perjalanan seperti toolkit, P3K, dan lain sebagainya. Jangan lupa untuk beristirahat.
Perhatikan juga bahan bakar kendaraan yang tersisa, jangan sampai kehabisan di tengah jalan. Termasuk saldo kartu elektronik, untuk pembayaran tol.
4. Jangan Berkendara pada Malam Hari
Dibandingkan Jalan Tol Trans Jawa, JTTS lebih jauh dari pemukiman warga. Sehingga, bagi yang ingin melintas diusahakan jangan terlalu malam.
Sebaiknya berkendara dilakukan pada pagi hari sampai menjelang malam. Sebisa mungkin untuk perjalanan menggunakan mobil pribadi, jangan berkendara sendirian.
Selain supaya pengemudi tidak mudah mengantuk dan lelah karena adanya teman mengobrol, hal ini sangat berguna ketika di tengah perjalanan terdapat suatu kendala. Penyelesaian masalah bisa selesai dalam waktu yang lebih cepat.
Mudik seyogianya menjadi suatu hal yang menyenangkan, bukan sebaliknya. Agar Anda terhindar dari rasa lelah dan bosan saat perjalanan pulang ke kampung halaman, trik yang perlu dilakukan cukup gampang: mampirlah ke tempat wisata.
Maraknya media sosial berdampak langsung pada pemilihan tempat wisata. Turis semakin gencar menyambangi tempat-tempat instagramable, baik alami maupun buatan, atau dalam dan luar ruangan.
Tempat-tempat inilah yang menjadi acuan Merapah Trans Sumatera. Mudik kali ini akan berbeda dengan hadirnya sederet obyek wisata baru yang tersebar di Lampung dan Sumatera Selatan.
Published: 13 Desember 2019
Copyright 2019. Kompas.com