Harapan Pendidikan

Kepada Bapak Presiden,

Nama saya Theresia.

Suatu pagi, jam berdetak menunjukkan pukul 06.00. Aku duduk di dekat jendela tempat aku biasa membayangkan masa depanku.

Pagi itu tidak seperti biasanya. Ada seorang anak kecil bermain sendiri di sudut rumah tetanggaku. Padahal, anak-anak lain lewat berangkat ke sekolah.

Mengapa anak itu tidak bersekolah? Apa sebabnya? Itu yang muncul dalam benakku.

Terus terang, Pak Presiden, dia bukan satu-satunya anak yang tidak sekolah. Banyak anak di Kabupaten Lembata mengalami putus sekolah.

Faktor utama penyebab anak putus sekolah adalah keadaan ekonomi dan latar belakang pendidikan orangtua yang rendah.

Faktor lain adalah kurangnya minat siswa untuk bersekolah dan pertemanan yang buruk sehingga kurang memotivasi.

Untuk faktor yang kedua, orangtua perlu menghabiskan waktu lebih bersama anak, memberikan motivasi dan menghindarkan dari pertemanan yang buruk.

Tetapi, pemerintah adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan di Lembata, menjamin semua orang bisa sekolah.

Setiap anak berhak memperoleh pendidikan. Sekolah merupakan rumah bagi anak memenuhi hak dalam bidang pendidikan. Anak menghabiskan waktu 6-8 jam di sekolah untuk menuntut ilmu.

Saya mengajak kita semua agar lebih memperhatikan pendidikan karena sangat berguna bagi masa depan anak, bangsa, dan negara.

Harapan saya, semoga anak-anak di Lembata diberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Sebab, masa depan bangsa tergantung pada anak-anak.

Theresia