Pasukan bulu tangkis Indonesia akan berjuang untuk merebut Piala Thomas dan Piala Uber di Kunshan, China, 15-22 Mei. Indonesia akan bersaing dengan 15 negara lainnya pada masing-masing nomor.
Piala Thomas merupakan turnamen paling bergengsi nomor beregu putra antar-negara sedunia, sementara Piala Uber merupakan persaingan untuk tim putri.
Nama Thomas dan Uber diambil dari pemain legenda bulu tangkis Inggris, Sir George Alan Thomas dan Elizabeth "Betty" Uber.
Sir Thomas bukan hanya pemain bulu tangkis. Dia merupakan pemain catur yang juga berprestasi. Dua gelar Kejuaraan Catur Inggris dan 21 gelar All England merupakan pencapaian pria yang meninggal dunia ketika berusia 91 tahun pada 1972 tersebut.
Prestasi Uber juga mentereng. Dia 13 kali menjuarai All England yang didapat dari tiga nomor. Perempuan yang meninggal pada 1983 tersebut sekali menjuarai nomor tunggal, empat kali nomor ganda putri, dan delapan kali nomor ganda campuran.
Baik Sir Thomas maupun Uber merupakan tokoh di balik terselenggaranya event beregu antar-negara yang hingga kini menjadi salah satu turnamen paling bergengsi tersebut.
Piala Thomas kali pertama digelar pada 1949. Ketika itu, hanya ada tiga negara yang bersaing di putaran final, yaitu Malaya (sekarang Malaysia), Amerika Serikat, dan Denmark.
Malaya akhirnya memenangi turnamen yang digelar di Inggris Raya tersebut setelah mengalahkan Denmark dengan 8-1 pada partai final.
Setelah 1982, Piala Thomas digelar setiap dua tahun sekali. Malaysia jadi tuan rumah pada 1984 dan Indonesia keluar sebagai juara setelah menundukkan China 3-2 pada laga final.
Sistem pertandingan pun mulai berubah. Jika sebelumnya kedua tim bermain sembilan pertandingan dalam dua hari, mulai 1984 laga hanya berlangsung lima kali dan dimainkan dalam sehari. Sistem poin pun mengalami pergeseran. Kali pertama digelar, Piala Thomas memakai sistem tiga set (sekarang gim) dengan poin 15.
Pada 2002, untuk kali pertama dan satu-satunya, Piala Thomas dan Piala Uber memakai sistem lima set dengan tujuh poin. Tim Thomas Indonesia dan tim Uber China menjadi juara pada tahun ini. Dua tahun berikutnya, sistem poin kembali menjadi 15 dan pertandingan berlangsung tiga set.
Sistem poin kembali berubah. Sejak Piala Thomas dan Piala Uber 2006, sistem yang dipakai Piala Uber digelar kali pertama pada 1957. Amerika Serikat memenangi event ini.
Pada laga final yang digelar di Lanchashire, Inggris, AS mengalahkan Denmark 7-1. Seperti Piala Thomas, pada awalnya, event ini juga digelar dalam periode tiga tahunan. Namun, pelaksanaannya tidak berbarengan. Piala Uber digelar setahun lebih awal dari Piala Thomas.
Sejak 1984, event Piala Uber mulai digelar bersamaan dengan Piala Thomas. Sejak itu, Piala Uber juga digelar dalam periode dua tahunan. Sistem poin yang diterapkan juga sama.
Sejak kali pertama digelar, Indonesia dan China merupakan negara yang paling banyak meraih gelar. Indonesia berkuasa di Piala Thomas, sementara China mendominasi Piala Uber.
Dari 28 kali Piala Thomas digelar, hanya empat negara yang pernah menjadi juara. Indonesia memimpin dengan 13 titel. China menyusul dengan sembilan gelar, lalu Malaysia dengan lima gelar, dan terakhir Jepang dengan satu gelar.
Indonesia kali terakhir menjadi juara pada 2002. Setelah itu, China selalu mendominasi hingga Jepang memutus rangkaian kemenangan beruntun mereka pada 2014.
Di bagian putri, ada lima negara yang pernah keluar sebagai pemenang. China mendominasi dengan 13 gelar dari 25 kali Piala Uber digelar. Tim Uber Jepang menyusul dengan raihan lima gelar. Indonesia dan AS masing-masing meraih tiga gelar, sementara Korea Selatan sekali menjadi juara.
Indonesia kali terakhir menjuarai event ini pada 1996. Selain itu, tim putri Indonesia juga pernah juara pada 1975 dan 1964 ketika turnamen digelar di Jakarta.
Berikut daftar juara dan runner-up Piala Thomas dan Uber.
Memori 2002 dan 1996
Pesta kemenangan sudah lama sekali tidak dirasakan tim Piala Thomas maupun Piala Uber Indonesia. Kali terakhir lagu kebangsaan "Indonesia Raya" berkumandang pada 2002 ketika Hendrawan dan kawan-kawan menang 3-2 atas Malaysia pada laga final Piala Thomas di Guangzhou, China.
Ketika itu, turnamen yang sekarang digelar dua tahunan tersebut hanya melibatkan delapan negara pada putaran final. Dua tahun kemudian, jumlah peserta bertambah menjadi 12, lalu pada 2014 meningkat lagi menjadi 16.
Pada 2002, tim Thomas Indonesia berada di Grup B, bersama Malaysia, Thailand, dan Jerman. Indonesia dan Malaysia akhirnya lolos ke putaran berikutnya atau semifinal.
Pasukan Merah Putih lolos ke final setelah menundukkan Denmark dengan keunggulan telak 3-0. Malaysia juga lolos ke final berkat kemenangan 3-1 atas China.
Partai final digelar pada 19 Mei 2002. Indonesia menurunkan pasukan yang sama persis seperti saat mengalahkan Denmark pada semifinal.
Pada nomor tunggal, Indonesia menurunkan Marleve Mainaky, Taufik Hidayat, dan Hendrawan. Di nomor ganda ada Candra Wijaya/Sigit Budiarto dan Halim Haryanto/Tri Kusharyanto.
Laga final berlangsung hingga partai kelima atau terakhir karena dari empat pertandingan sebelumnya Indonesia dan Malaysia berbagi poin 2-2. Indonesia memenangi dua laga ganda, sementara Malaysia berjaya di nomor tunggal.
Saya senang karena tim Thomas Indonesia menang lima kali secara berturut-turut. Itu sejarah ya. Itu yang terbaiklah, kenangan yang enggak mungkin saya lupakan.
Hendrawan yang turun pada partai kelima bertemu Roslin Hashim. Pertarungan berlangsung tiga set. Hendrawan akhirnya memastikan Indonesia memenangi Piala Thomas setelah unggul dengan 8-7, 7-2, 7-1.
Setelah itu, tim Thomas Indonesia belum pernah lagi merasakan indahnya kemenangan. Pencapaian terbaik mereka adalah menjadi runner-up pada 2010. Pada event yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, tersebut, Indonesia berhasil lolos ke final, tetapi akhirnya kalah telak 0-3 dari China.
"Saya bermain tanpa beban, lebih enjoy. Sebelum penentuan nama pemain, saya bilang kalau ketemu Roslin saya akan lebih percaya diri daripada ketemu Hafiz Hashim. Ternyata memang ketemu dia, jadi saya lebih percaya diri," kata Hendrawan.
Hasil Final Piala Thomas 2002, Indonesia 3-2 Malaysia
Marleve Mainaky vs Wong Choong Hann (5-7, 5-7, 1-7)
Candra Wijaya/Sigit Budiarto vs Chan Chong Ming/Chew Choon Eng (7-3, 7-4, 7-2)
Taufik Hidayat vs Lee Tsuen Seng (7-1, 5-7, 2-7, 7-2, 3-7)
Halim Haryanto/Tri Kusharyanto vs Choong Tan Fook/Lee Wan Wah (8-7, 7-8, 7-1, 7-3)
Hendrawan vs Roslin Hashim (8-7, 7-2, 7-1)
Indonesia 4-1 China
Tim Uber Indonesia baru tiga kali menjadi juara turnamen beregu putri antar-negara ini, yaitu pada 1975, 1994, dan 1996. Hal ini berarti dalam sembilan kali penyelenggaraan terakhir, tim Uber Indonesia tak pernah lagi meraih gelar.
Pencapaian terbaik Indonesia pada periode tersebut adalah menjadi runner-up 1998 dan 2008. China mendominasi dengan delapan kali menang, sementara Korea Selatan sekali. Pada 1996, Indonesia masih mengandalkan Susy Susanti, Mia Audina, dan Meluawati untuk nomor tunggal. Di nomor ganda, ada Eliza Nathanael/Zelin Resiana dan Finarsih/Lili Tampi.
Dari delapan peserta yang lolos ke putaran final, Indonesia berada di Grup A bersama China, Jepang, dan Rusia. Bersama China, Indonesia lolos ke babak berikutnya atau semifinal. Turun dengan status sebagai juara bertahan, Indonesia menang 4-1 atas Korea pada babak semifinal, lalu bertemu China di final.
Indonesia tampil baik pada partai final dan menang 4-1 atas China. Diawali dengan kemenangan 4-11, 11-5, 11-5 Susy atas Ye Zhaoying, Indonesia hanya kehilangan satu poin menyusul kekalahan Eliza/Zelin dari Ge Fei/Gu Jun.
Hasil Final Piala Uber 1996, Indonesia 4-1 China
Susy Susanti vs Ye Zhaoying (4-11, 11-5, 11-5)
Eliza Nathanael/Zelin Resiana vs Ge Fei/Gu Jun (15-7, 8-15, 12-15)
Mia Audina vs Wang Chen (11-4, 4-11, 6-4)
Finarsih/Lili Tampi vs Qin Yiyuan/Tang Yongshu (15-9, 15-10)
Meluawati vs Zhang Ning (11-6, 11-2)
Pada 1994 dan 1996, secara keseluruhan Indonesia tengah berjaya. Tim Thomas dan tim Uber Indonesia secara bersamaan keluar sebagai juara turnamen.
Dua tahun lalu di New Delhi, India, pasukan Indonesia datang dengan semangat tinggi demi merebut kembali lambang supremasi tertinggi turnamen beregu putra ataupun putri, Piala Thomas dan Piala Uber.
Namun, mimpi tersebut belum bisa diwujudkan. Tim Thomas Indonesia terhenti pada babak semifinal, sementara tim Uber terhenti pada babak perempat final.
Tommy Sugiarto, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, dan Dionysius Hayom Rumbaka gagal meraih angka ketika Indonesia bertemu Malaysia pada babak semifinal.
Indonesia kalah 0-3. Malaysia lolos ke final dan bertemu Jepang yang di luar dugaan menundukkan sang juara bertahan China 3-0 pada babak semifinal. Tim Thomas China gagal ke final untuk kali pertama dalam enam penyelenggaraan terakhir.
Laga final Piala Thomas antara Jepang dan Malaysia berjalan seru. Bagi Malaysia, ini merupakan final pertama meraka sejak terakhir kalah 2-3 dari Indonesia pada final 2002. Bagi Jepang, ini merupakan final pertama mereka sepanjang sejarah.
Lee Chong Wei lebih dulu membawa Malaysia unggul setelah menundukkan Kenichi Tago. Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa mengubah kedudukan kembali imbang setelah menundukkan Hoon Thien How/Tan Boon Heong.
Kento Momota sempat membawa Jepang unggul berkat kemenangan atas Chong Wei Feng. Namun, sekali lagi, kedudukan berubah imbang menyusul kemenangan Goh V Shem/Tan Wee Kiong atas Takeshi Kamura/Keigo Sonoda.
Partai kelima atau penentuan antara Takuma Ueda dan Daren Liew berjalan menegangkan. Jepang akhirnya mencatat sejarah dengan meraih gelar Piala Thomas untuk kali pertama setelah Ueda menang 21-12, 18-21, 21-17.
Hasil Final Piala Thomas 2014, Jepang 3-2 Malaysia
Kenichi Tago vs Lee Chong Wei (12-21, 16-21)
Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa vs Hoon Thien How/Tan Boon Heong (12-21, 21-17, 21-9)
Kento Momota vs Chong Wei Feng (21-15, 21-17)
Takeshi Kamura/Keigo Sonoda vs Goh V Shem/Tan Wee Kiong (21-19, 17-21, 12-21)
Takuma Ueda vs Daren Liew (21-12, 18-21, 21-17)
Tim Uber China belum terusik
Pada 2014, Jepang tak hanya cemerlang di nomor beregu putra. Tim Uber mereka pun mencatat prestasi besar dengan berhasil menembus final untuk kali pertama sejak 1981.
Harapan mereka untuk meraih gelar keenam Piala Uber setelah 1966, 1969, 1972, 1978, dan 1981 gagal terwujud. Jepang kalah 1-3 dari sang juara bertahan China pada partai final.
China tak banyak mendapat perlawanan dari pasukan putri Jepang. Hanya sepasang pemain ganda Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi yang bisa menyumbangkan poin bagi Jepang.
Diperkuat Li Xuerui, Wang Shixian, dan Wang Xiaoli/Zhao Yunlei, China masih terlalu perkasa bagi Jepang dan juga negara lain.
China terus merajut kemenangan demi kemenangan. Total mereka sudah mengoleksi 13 gelar. Dari sembilan kali penyelenggaraan terakhir, China hanya sekali gagal juara, yakni pada 2010. Mereka kalah 1-3 dari Korea pada partai final.
Hasil Final Piala Uber 2014, China 3-1 Jepang
Li Xuerui vs Minatsu Mitani (21-15, 21-5)
Bao Yixin/Tang Jinhua vs Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (18-21, 9-21)
Wang Shixian vs Sayaka Takahashi (21-16, 21-12)
Wang Xiaoli/Zhao Yunlei vs Reika Kakiiwa/Miyuki Maeda (21-13, 21-6)
Pembagian Grup Piala Thomas dan Piala Uber 2016
Tim Thomas Indonesia diunggulkan di tempat keempat pada gelaran Piala Thomas dan Uber 2016 yang akan berlangsung di Kunshan, China, 15-22 Mei. Tim Uber Indonesia akan datang sebagai unggulan keenam.
Tim Thomas Indonesia berada di Grup B, bersama India, Hongkong, dan Thailand. Sementara itu, tim Uber menghuni Grup C bersama Thailand, Hongkong, dan Bulgaria.
Tahun ini, tim Thomas menurunkan barisan pemain terbaik di pelatnas plus satu pemain tunggal putra profesional, Tommy Sugiarto.
Tommy akan mendampingi tiga pemain muda pelatnas, Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginding, dan Ihsan Maulana Mustofa. Di nomor ganda, sepasang pemain senior Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan masih jadi andalan.
Mereka didampingi dua pasang pemain muda, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi dan Markus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Di tim Uber, ada sedikit perubahan skuad dari rencana semula. Nitya Krishinda Maheswari yang diplot sebagai kapten batal berangkat karena menderita cedera lutut saat bertanding dalam Kejuaraan Asia, bulan lalu. Posisi Nitya digantikan oleh Tiara Rosalia Nuraidah. Tugas sebagai kapten pun bergeser kepada Greysia Polii.
"Kalau dipikir, sedih juga saya bertanding di Piala Uber tanpa partner saya. Namun, ini adalah tanggung jawab saya, sekaligus tugas saya mewakili Nitya," kata Greysia.
"Saya turun juga untuk memotivasi para pemain muda lainnya. Seperti saat kualifikasi Piala Uber (di India, Februari), saya juga siap dipasangkan dengan siapa saja," ujarnya.
Wakil nomor ganda lainnya adalah Ni Ketut Mahadewi Istarani/Anggia Shitta Awanda dan Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari.
Seperti tim Thomas, tim Uber juga mengikutsertakan satu pemain tunggal senior yang bukan dari pelatnas, yakni Maria Febe Kusumastuti. Dia didaulat mendampingi Hanna Ramadini, Fitriani, dan Gregoria Mariska yang akan menjalani debut mereka pada putaran final Piala Uber.
Para wakil Merah Putih ini meninggalkan Indonesia pada Rabu (11/5/2016). Mereka berangkat dengan semangat tinggi demi mengharumkan nama Indonesia.