Bagi mahasiswa, kantin bisa dibilang sebagai ruang kelas kedua. Kehidupan mahasiswa seolah tak bisa lepas dari kantin atau warung makan.
Bahkan, bisa jadi sebagian besar masa kuliah malah dihabiskan di kantin bersama teman-teman.
Sejak zaman dulu, kantin tak cuma sebagai tempat makan atau beristirahat.
Kantin dengan beragam nama dan julukan sering digunakan sebagai tempat nongkrong, berdiskusi tentang materi pembelajaran, sampai hal-hal yang tidak penting.
Hampir semua mahasiswa menyimpan beragam cerita unik dan menarik mengenai kantin kampus yang menjadi legendaris.
Kantin Salman di ITB misalnya. Saat ini, kantin tersebut menjadi saksi sejarah orang-orang berpengaruh di negeri ini.
Ada juga kisah-kisah romantis yang terekam di kantin kampus. Misalnya, mahasiswa UNS yang melamar pujaan hatinya di Kantin Mbok Jum yang melegenda.
Beberapa alumni mengakui bahwa kantin kampus adalah tempat bernostalgia yang paling mengena di hati.
Anda punya kenangan apa di kantin kampus?
Keberadaan Kantin Salman di Institut Teknologi Bandung ( ITB) tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Masjid Salman.
Saat dikunjungi Kompas.com pada Agustus 2019, kantin ini menyajikan puluhan makanan rumahan dengan konsep prasmanan. Kantin Salman tak cuma jadi andalan mahasiswa berkantong tipis. Kantin ini menjadi saksi sejarah perjalanan beberapa orang berpengaruh di Indonesia.
Testimoni:
“Kadang, kami berdiskusi dan rapat kecil-kecilan juga di sini”
Rizki Herlambang, mahasiswa IT
Dari mulanya berjualan bakso pikul keliling sejak 1980-an, Pardi kini memilik warung bakso di Kantin Arsitektur Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Cita rasa baksonya melegendaris, sehingga menjadi salah satu menu makanan "wajib" bagi mahasiswa di sana.
Rasa baksonya nikmat dan gurih, harganya juga pas dengan kantong mahasiswa.
Tak hanya menjadi makanan favorit mahasiswa, bakso ini juga digemari oleh staf, alumni, bahkan mahasiswa dari perguruan tinggi lain.
Bahkan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga sesekali memesan bakso ini. Risma merupakan alumni kampus tersebut.
Testimoni:
“Dulu kalau Bu Risma ada acara di sini selalu panggil saya. Saya disuruh ngantarkan bakso, kan Bu Risma dulu kuliahnya di Arsitek sini, lulusan Arsitektur (ITS)”
Pardi, penjual bakso Pak Dhi
Kuah dan pentol bakso Pak Parlin di kantin Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menggugah selera.
Penikmat bakso ini juga sangat menyukai cara penyajian yang membebaskan pelanggan mengambil bakso sendiri jika ingin menambah.
Parlin, merupakan adik kandung Pardi, yang juga penjual bakso legendaris di ITS. Menu bakso yang disajikan resepnya ia pelajari dari sang kakak.
Jangan ditanya lagi kalau soal rasa. Pentol bakso Pak Parlin selain murah, juga bikin nagih.
Testimoni:
“Jadi, enak ya kalau bebas ambil sendiri, kalau kurang ya tinggal ambil lagi. Biasanya saya suka nambah kuah dan pentol, karena murah dan enak”
Rizki, mahasiswa semester 5 ITS
Ingin rasakan beraneka ragam jenis sambal? Warung Spesial Sambal (Warung SS) jawabannya. Ada 32 jenis sambal yang siap bikin penikmatnya berkeringat.
Warung SS dirintis dari kaki lima di trotoar Jalan Kaliurang Km 3, Sinduadi, Mlati, Sleman atau sebelah Barat Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada (UGM).
Kini, Warung SS telah memiliki 93 cabang, tersebar di Jawa, Bali, dan satu lainnya merambah hingga Kuala Lumpur, Malaysia.
Selain sambal, berbagai jenis lauk dan sayur tersedia dan siap memanjakan lidah. Karena dekat dengan UGM, warung ini juga membidik mahasiswa sebagai pelanggannya.
Testimoni:
“Yang disukai itu sambal bawang, sambal trasi segar itu selalu di 1 dan 2. Nomor 3 itu saling rebutan, sambal mangga, sambal cumi, sambal trasi matang”
Yoyok Hery Wahyono, pemilik Waroeng Spesial Sambal
Bagi para alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), baik yang sering mangkal buat makan ataupun tidak, SGPC Bu Wiryo adalah legenda.
Warung ini memiliki menu utama sego pecel. SGPC adalah singkatan dari menu tersebut.
Bu Wiryosoenarto, pendirinya, memulai usaha pada tahun 1959 dengan berkeliling jalan kaki menggendong nasi pecel buatannya. Hingga kemudian, tempat jualannya menetap di depan Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Saat itu, Pagelaran dan Sitinggil Keraton menjadi lokasi belajar mengajar UGM sebelum pindah ke Bulaksumur. Oleh karena itu, SGPC Bu Wiryo punya arti khusus buat para mahasiswa dari masa ke masa.
Sudadi, karyawan SGPC Bu Wiryo yang sudah mengabdi sejak tahun 1979, mengatakan, Presiden Joko Widodo yang saat itu masih berkuliah di Fakultas Kehutanan UGM pun sering mampir untuk makan.
Testimoni:
“Banyak (yang mampir), ada Pak Pratikno, Bu Retno Marsudi, Pak Basuki Hadimuljono, Pak Budi Karya Sumadi. Banyak, itu belum yang wakil dan staf-staf, guru besar”
Sudadi, karyawan SGPC Bu Wiryo
Baca Selengkapnya di sini:
SGPC Bu Wiryo, Memori Jokowi dan Alumni UGM di Sepiring Sego Pecel
Warung Sasari di Universitas Indonesia (UI) sudah populer sejak dua dekade terakhir di kalangan mahasiswa UI.
Selain harganya yang murah, Warung Sasari juga menjadi saksi sejarah mahasiswa UI yang berjuang saat zaman orde baru.
Warung khas sunda ini berada di Jalan Sawo No 21D, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat, tepatnya di balik rel kereta api Jakarta- Bogor.
Menariknya, ketika sedang asyik menyantap makanan, kamu akan dikagetkan dengan getaran dan suara kereta api yang sedang melintas.
Sensasi itulah yang terkenang pagi para mahasiswa yang makan di kantin ini, selain harganya yang murah.
Warung ini buka 24 jam. Jika tak cepat datang ketika makan siang, menu terpopuler telur sarang akan cepat ludes tak bersisa.
Testimoni:
“Dulu yang kuliah bapaknya (alumni), sekarang anaknya yang kuliah. Seperti sekarang ada Maba mereka direkomendasi dari orangtuanya suruh makan di sini karena pengalamannya dulu di sini”
Pemilik Warung Sasari UI Halimah
Baca Selengkapnya di sini:
Warung Legendaris Sasari UI, Sudah Enak Murah Pula, Kelezatan yang Menantang Sejak Orde Baru
Keterlaluan jika ada mahasiswa UI yang tidak mengenal Kantin Balsem.
Kantin Balsem atau bernama Kantin Balik Semak merupakan tempat dari kumpulan warung di yang menjadi pendahulu kantin-kantin lainnya di Universitas Indonesia (UI).
Nama kantin ini kerap berubah-ubah. Namun, nama Balsem tetap melekat di hati para mahasiswa.
Di kantin ini, makanannya higienis. Setiap pemilik kantin di Kantin Balsem wajib memiliki sertifikat kesehatan makanan.
Di warung ini juga tak sembarangan boleh merokok, karena ada tempat khusus yang disediakan.
Pembayarannya pun sudah menggunakan uang digital hingga pelayanan mandiri.
Nasi Alo merupakan makanan favorit di kantin ini.
Selain harganya yang murah, rasanya pun nikmat.
Testimoni:
“Kalau lagi ada duit ya beli yang mahal terutama favoritku ayam lodho. Itu ayam bakar ada kuahnya gitu harganya Rp 18.000. Kalau akhir bulan tetap nasi alo dong, apalagi kalau yang mau irit bisa tuh”
Annisa (19) mahasiswi FISIP UI
Ada satu lagi kantin yang melegenda di UI, bernama Kantin Sastra atau Kansas. Seperti namanya, kantin ini terletak di Fakultas Sastra atau kini berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya (FIB).
Namun, sulit mengubah julukan Kantin Sastra bagi kantin yang sudah berdiri sejak belasan tahun yang lalu.
Di sini, terdapat sejumlah warung makanan yang menjual berbagai macam lauk.
Mahasiswa pun mengakui di kantin ini makananya enak, murah, dan higienis.
"Kansas yuk," begitulah cara mahasiswa UI mengartikulasikan ajakan ke kantin. Tujuannya agar ringkas dan mudah diingat.
Kantin ini sangat cocok untuk kamu yang suka nongkrong sambil berdiskusi.
Testimoni:
“Lebih bersih aja sekarang daripada yang dulu itu jauh. Kemudian sudah enggak panas lagi ditambah ada budaya bebersih (habis makan beresin piring sendiri)”
Pedagang Kansas Pak De Siran
Baca Selengkapnya di sini:
Arowana Mace Ardi atau lebih akrab disebut Mace-mace (mama), berbeda dengan kantin-kantin yang ada di lingkup Universitas Hasanuddin ( Unhas).
Kantin yang berada di dalam lingkungan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) ini bisa menjadi tempat ngutang bagi mahasiswa jika ingin makan tapi sedang tak punya uang.
Tak jarang para mahasiswa yang sudah kehabisan biaya di Makassar dan malu meminta uang kepada orangtua bakal meminjam uang ke Mace.
Mace pun dengan senang hati membantu. Bahkan tak jarang dia lupa siapa saja yang pernah berutang.
Di kantin ini, menu andalan adalah mi rebus dan ikan palumara.
Tak hanya mahasiswa, banyak dosen menjadi langganan kantin ini.
Kantin ini juga menjadi tempat curhat bagi mahasiswa. Mace yang sudah lama berjualan di kantin ini cukup disegani para dosen. Sehingga dia mencoba membantu ketika ada mahasiswa yang bermasalah.
Testimoni:
“Saya itu di sini menjual bukan cuma cari untung saja tapi juga bantu mahasiswa”
Mace Ardi, pemilik Kantin Arowana Mace
Kantin Sastra atau yang lebih dikenal dengan Kansas menjadi ikon tempat nongkrong bagi mahasiswa yang berkuliah di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Di kantin ini, selain menyantap makanan berat, tersedia juga makanan ringan yang sangat nikmat jika dimakan saat berdiskusi bersama teman.
Di kantin ini juga menjadi saksi pusingnya mahasiswa mengerjakan tugas kuliah yang diberikan dosen.
Kantin ini pula yang menjadi saksi mahasiswa yang kini sudah menjadi jaksa hingga pengacara.
Testimoni:
“Banyak alumni yang datang ke sini dan masih kenal. Kalau di sini dari mana-mana makan, banyak dari hukum, kedokteran karena makanannya beragam”
Penjual di Kansas Unhas Wiwin
Tidak sulit untuk mengetahui salah satu pusat keramaian di sekitar Universitas Hasanuddin ( Unhas).
Nama Workshop masuk dalam kategori tersebut. Tempat yang berada di sebelah barat Unhas ini seringkali menjadi tempat nongkrong bagi para mahasiswa.
Di Workshop, berbagai jenis dagangan dijajakan. Di jam makan siang, keramaian akan bertambah dua kali lipat.
Di sini, harganya sangat bersahabat bagi kantong mahasiswa. Berbagai jenis makanan yang dijual mulai dari bakso, pecel, gado-gado, batagor, hingga minuman dingin.
Areanya cukup strategis dengan berada di tengah-tengah indekos mahasiswa dan kampus Unhas.
Di sini, ada dua warung yang menjadi favorit mahasiswa yaitu Warung Dian dan Warung Barokah.
Di kampus ini juga menjadi tempat temu kangen para alumni.
Biasanya jika kangen, para alumni berkumpul di kantin ini untuk mengenang masa-masa mereka menjadi mahasiswa.
Testimoni:
“Menunya tidak berubah jadi ingat masa-masa kuliah dulu. Walaupun tempatnya sekarang sudah lebih besar”
Alumnus Unhas Fatma
Sebagian mahasiswa menyukai tempat makan yang bisa jadi tempat nongkrong asyik. Apalagi kalau tempatnya teduh dipayungi pepohonan rindang.
Kantin CL yang ada di sisi timur Universitas Brawijaya adalah tempat yang cocok untuk suasana tersebut.
Berada di dalam kampus dan dikelola oleh Badan Usaha Non Akademik (BUNA), kantin itu sangat lekat dengan mahasiswa UB.
Terdapat 27 stan di kantin itu. Masing-masing stan menjual menu yang berbeda. Hal ini supaya mahasiswa bebas memilih makanan yang disukainya.
Kantin itu setelah direnovasi memiliki dua lantai. Selain teduh, kantin itu juga memiliki halaman yang luas.
Sehingga cocok juga digunakan untuk menjadi tempat pertunjukan.
Testimoni:
“Tempatnya lumayan. Tempatnya teduh jadi pas buat nongkrong di kampus”
Raisa Hashina Rosalini, mahasiswi Brawijaya asal Cilegon
Bagi mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang, Warung Lengko Sukirman adalah legenda.
Rasanya yang enak dengan harga yang terjangkau membuat warung itu selalu menjadi pilihan mahasiswa kampus ternama di Jawa Timur itu.
Bangku di Warung Lengko Sukirman yang berada di pintu gang keluar kampus UB bagian timur itu kerap terisi penuh.
Nasi lengko yang disajikan merupakan nasi dengan bumbu kacang dengan sayuran berupa irisan mentimun, kecambah dan gubis serta kerupuk.
Meski sama-sama bumbu kacang, nasi lengko berbeda dengan nasi pecel. Cita rasanya juga berbeda.
Untuk lauknya, tersedia weci, tempe goreng, telur, ayam goreng dan tongkol. Meski menu makanan asli dari Tegal, namun mahasiswa lintas daerah juga ikut menyukai.
Menyantap nasi lengko di sini bikin kangen, apalagi dengan potongan kerupuknya yang gurih.
Testimoni:
“Banyak yang kangen. Telepon sama teman-temannya, Lengko masih ada nggak. Banyak yang masih cari”
Sukirman, pemilik Warung Nasi Lengko
Terletak di Jalan Jatinangor Nomor 194 Sumedang, membuat kantin tempat jajan sekaligus tongkrongan ini tidak sulit dicari.
Namanya Kantin Jatinangor. Mahasiswa Universitas Padjajaran kerap memanggilnya Kanjat. Selain supaya ringkas, Kanjat lebih enak didengar dan keren saat diucapkan.
Kanjat tak cuma diburu mahasiswa Unpad. Mahasiswa ITB, Ikopin, dan IPDN pun sering mangkal di sini.
Testimoni:
“Kalau akhir bulan, ada saja mahasiswa yang menumpuk (menyembunyikan) lauk di balik nasi”
Mohamad Fajar Hariadi, anak pemilik Kantin Jatinangor
Salah satu tempat nongkrong mahasiswa di Jatinangor adalah Kantin Sastra (Kansas) di Kampus Universitas Padjajaran (Unpad).
Kansas tak cuma menjadi tempat berkumpul mahasiswa dari berbagai fakultas di Unpad. Kantin ini juga menjadi andalan mahasiswa dari beberapa kampus di Bandung dan Jatinangor.
Ada banyak cerita yang lahir dari kantin ini.
Kansas punya beragam fungsi, mulai dari tempat makan, tempat cari jodoh hingga laboratorium sastra.
Testimoni:
“Enak saja di sini. Mau buat nongkrong, ngobrol ngalur ngidul, diskusi, ngerjain tugas, asyik pokoknya”
Jessica, mahasiswa Unpad
Baca Selengkapnya di sini:
Cerita Kansas Unpad, dari Urusan Jodoh hingga Laboratorium Sastra
Bagi mahasiswa Universitas Sebelas Maret ( UNS), Solo, Jawa Tengah, kantin legendaris Mbok Jum sudah pasti dikenal.
Harga makanan murah meriah hingga lokasi yang strategis menjadikan kantin yang berada di bawah Fakultas Ilmu Budaya (dulu Fakultas Sastra), menjadi kantin paling favorit mahasiswa UNS.
Tak hanya mahasiswa, dosen hingga pegawai kampus juga sering jajan di kantin ini.
Sampai saat ini, masih banyak alumni UNS yang bertandang ke kantin yang berdiri sejak 1979 itu.
Testimoni:
“Dahulu, kantin ini juga sering jadi tempat 'nembak' cewek atau cowok yang disuka”
Bayu, alumni UNS
Warung makan ini dikenal dengan nama Kantin Mem. Lokasinya berada di sebelah Puslit SDAL, Pusat Jasa Ketenagakerjaan. Berdekatan dengan Fakultas Ilmu Budaya USU.
Kantin ini telah buka sejak 1997.
Di kantin ini, semua harganya bersahabat dengan kantong mahasiswa
Selain jadi tempat makan, siapa sangka kantin ini juga menjadi tempat mahasiswa berkumpul sebelum demo.
Testimoni:
“Banyak senior saya yang dulu sering makan di sini. Banyak sejarahnya dengan Mem (panggilan mahasiswa kepada Ermiyati). Tak sekedar untuk makan dan minum saja, bahkan mau demo dulu, makan atau kumpulnya di sini”
Rahmad mahasiswa Fakultas Teknik USU
Published: 8 November 2019
Copyright 2019. Kompas.com
