Mulai 30 Agustus 2018, Wiro Sableng, murid pendekar sakti Sinto Gendeng, menjumpai para penggemarnya lewat film Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko.
Artis peran Vino G Bastian menjadi pendekar silat pemilik Pukulan Kunyuk Melempar Buah itu. Vino anak dari Bastian Tito, penulis novel fiksi seri Wiro Sableng.
Sedikit bernostalgia, Wiro Sableng hadir untuk kali pertama dalam Empat Berewok dari Goa Sanggreng, seri pertama novel tersebut, yang diterbitkan pada 1967.
Wiro, yang bernama asli Wira Saksana, merupakan anak lelaki satu-satunya dari pasangan Ranaweleng dan Suci.
Dalam cerita itu, kehidupan keluarga tersebut baik-baik saja sampai Suranyali alias Mahesa Birawa datang ke kampung mereka. Mahesa membunuh Ranaweleng dan Suci karena sakit hati cintanya ditolak oleh Suci.
Sementara itu, Wiro Sableng, yang ketika itu masih bayi dan bernama Wira Saksana, hanya menangis di tengah kepungan api yang melalap rumah ayah dan ibunya.
Namun, tiba-tiba muncul sosok hitam menyelamatkan Wira. Ia Sinto Weni alias Sinto Gendeng, perempuan tua yang akan mengubah Wira menjadi Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212.
Mula-mula, 1967-2006, Wiro Sableng dikenal melalui novel yang mencakup 185 seri itu, antara lain 3 Setan Darah dan Cambuk Api Angin, 5 Iblis dari Nanking, Bencana di Kota Gede, dan Bahala Jubah Kencono Geni.
Kemudian, Wiro Sableng, yang dimainkan oleh Tony Hidayat, hadir dalam film Sengatan Satria Beracun (1988).
Setelah itu, dibintangi oleh Ken Ken, lalu Abhie Cancer, sinetron serinya ditayangkan pada 1997.
ke film lagi
Kini, Wiro Sableng, lewat film Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, kembali menyapa para penggemarnya sekaligus berkenalan dengan generasi Y atau milenial.
Produsernya, Sheila Timothy atau Lala dari Lifelike Pictures, mengatakan bahwa ide untuk menghadirkan lagi karakter legendaris tersebut, melalui layar lebar, muncul tiga atau empat tahun lalu.
Ketika itu Lala mendapat tawaran dari Vino, yang juga merupakan adik iparnya, untuk menjadi produser film Wiro Sableng.
Namun, ketika itu kakak dari istri Vino, artis peran Marsha Timothy, itu merasa belum siap. Apalagi, ia sedang sibuk sebagai produser film Tabula Rasa.
"Waktu itu saya belum siap mental untuk memproduksi film yang eskalasinya sebesar itu. Saya tahu ini akan jadi action, akan jadi fantasi, pastinya akan butuh budget dan dana yang besar. Jadi, butuh effort dan tenaga kalau mau bagus gitu," tuturnya kepada Kompas.com.
"Jadi, waktu itu saya bilang, saya pas dulu deh, soalnya saya belum pernah bikin film action, jadi enggak berani gitu," tuturnya pula.
Vino lalu membujuk Lala. Ia meminta Lala membaca 10 seri pertama novel Wiro Sableng.
Buku-buku itu berjudul Empat Berewok dari Goa Sanggreng, Maut Bernyanyi di Pajajaran, Dendam Orang-Orang Sakti, Keris Tumbal Wilayuda, Neraka Lembah Tengkorak, Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga, Tiga Setan Darah dan Cambuk Api Angin, Dewi Siluman Bukit Tunggul, Rahasia Lukisan Telanjang, dan Banjir Darah di Tambun Tulang.
Lala mulai membaca satu per satu novel itu pada akhir 2014. Ia mengaku terkesima oleh Bastian Tito. Menurut ia, Bastian mengarang cerita sekaligus mencipta jagat alias universe baru; universe atau jagat Wiro Sableng.
Wiro Sableng yang sebelumnya diketahui oleh Lala lewat sinetron seri saja, ternyata memiliki kisah dan karakter yang luas dan kompleks.
Kemudian, Lala bertemu dengan produser Hollywood Michael J Werner.
Werner, yang memiliki hubungan baik dengan perusahaan-perusahaan film Hollywood, menyambut baik rencana Lala memproduksi film Wiro Sableng.
Merasa mendapat angin segar, Lala lalu memutuskan untuk mewujudkan film tersebut.
Lala, yang juga menjadi penulis naskah film itu, membentuk tim kecil bersama Tumpal Tampubolon dan Seno Gumira Ajidarma serta dua orang lainnya untuk membedah 185 seri novel Wiro Sableng.
Mereka bertemu seminggu sekali untuk membedah cerita serta tokoh-tokohnya, dari karakter, perguruan, jurus, pukulan, senjata, kostum hingga silsilah.
"Buku ini pernah disinetronkan berdasarkan pembabakan buku. Kami merasa, kalau kami bikin yang sama, enggak ada pembaharuan. Jadi, kami buat sesuatu yang baru. Kami ambil beberapa karakter dari beberapa buku. Karena pisah-pisah, kami gabungkan," tuturnya.
"Jadi, waktu nulis naskah untuk film pertama, kami sudah menciptakan universe. Jadi, ketika nanti akan dibuat film kedua dan ketiga, universe-nya sudah ada," sambungnya.
"Akhirnya saya telanjur jatuh cinta dan enggak mungkin kalau enggak difilmkan. Nah, dari situ berjalan lah prosesnya, dari 2016 tepatnya mulai," tambahnya.
memikat fox
Sadar bahwa tingkat kesulitan produksi film Wiro Sableng tinggi, Sheila Timothy mencoba bekerja sama dengan pihak industri film luar negeri.
Pada Februari 2016, Werner mengenalkannya kepada Thomas Jegeus, Presiden Fox International Productions (FIP), salah satu divisi pada perusahaan film Hollywood 20th Century Fox.
Lala lalu memaparkan rencana pembuatan film Wiro Sableng di hadapan Fox. Ia menyodorkan konsep lengkap kepada mereka dalam pitching yang berlangsung di Hong Kong itu.
Lala menjelaskan tentang sinopsis cerita, key art, hak kekayaan intelektual atau Intellectual Property (IP) Wiro Sableng, hingga rancangan film tersebut menjadi trilogi.
Ia juga menjelaskan tentang potensi dari industri film Indonesia untuk menjadi bahan pertimbangan Fox.
Ia tak lupa memaparkan bahwa film Wiro Sableng memiliki tiga pasar besar, yakni para pencinta novel serinya, penggemar sinetron serinya, dan milenial yang doyan film superhero dan laga.
Hasilnya, setelah ratusan e-mail antar mereka, pada Januari 2017 Lifelike Pictures, yang dipimpin oleh Sheila Timothy, resmi mulai bekerja sama dengan FIP.
Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menjalin kerja sama dengan Fox. Indonesia unggul dari dua negara lain yang tadinya disasar oleh Fox, yakni Filipina dan Vietnam.
Menurut Lala, Fox tertarik karena film Wiro Sableng sangat organik, sangat Indonesia, sekaligus bersentuhan dengan hal-hal modern.
Lala, yang sebelumnya sudah membuat musik dan konsep art dan desain Wiro Sableng, pada pertengahan 2016 mulai mengumpulkan tim produksi.
Ia merangkul Adrianto Sinaga sebagai Production Designer dan Chris Lie dari Caravan Studios sebagai penanggung jawab konsep art dan desain.
Ia juga menempatkan Angga Dwimas Sasongko di kursi sutradara.
Setelahnya, ia mengumpulkan para pemeran karakter-karakter utamanya.
Mereka, antara lain, Vino G Bastian sebagai Wiro Sableng, Sherina Munaf sebagai Anggini, Fariz Alfarizi sebagai Bujang Gila Tapak Sakti, dan Yayan Ruhian sebagai Mahesa Birawa.
"Februari 2017 baru bener-bener full team, masuk semua, dalam arti seluruh, 300 kru, yang akan bekerja sama untuk film ini," ujar Lala.
"Kami baru mulai shooting pada Agustus 2017, shooting selama hampir empat bulan. Kemudian, post production. Kemudian filmnya baru akan dirilis akhir bulan ini, 30 Agustus 2018," sambungnya.
"Total perjalanan film Wiro Sableng dari 2015 sampai 2018," imbuhnya.
merawat warisan
Porsi kerja sama yang terjalin antara Lifelike Pictures dengan FIP adalah 50 persen berbanding 50 persen.
Sheila Timothy mengaku tidak mudah mencapai kesepakatan tersebut.
Apalagi, ia juga harus meyakinkan Fox sehingga IP Wiro Sableng tetap dipegang oleh Lifelike Pictures dan ahli waris Bastian Tito, selain keputusan final mengenai produksi film Wiro Sableng tetap ada pada Lifelike Pictures.
Menurut Lala, karena produksi film tersebut dilakukan di Indonesia, sulit jika keputusan final mengenai produksi film itu berada di luar negeri.
Sementara itu, mengenai IP Wiro Sableng, tadinya Fox berusaha membeli sepenuhnya untuk membawanya ke Hollywood. Namun, Lala berhasil mempertahankannya.
"Jadi, kami harus sejajar, kami partner di sini. Jadi, saya mau equal, 50-50, tidak lebih besar (porsi) mereka," ujarnya.
peran fox
Bekerja sama dengan FIP, Lifelike Pictures mendapat, antara lain, ilmu dan praktik pengembangan struktur cerita.
Draft skenario Wiro Sableng, yang harus dikirim oleh Lifelike Pictures kepada FIP, dicermati oleh sejumlah script doctor atau ahli skenario dari Fox, yang sudah berpengalaman puluhan tahun.
Para ahli skenario itu memberi masukan mengenai struktur cerita sampai akhirnya draft skenario tersebut menjadi satu naskah akhir yang lengkap dan siap digunakan untuk shooting.
Selain itu, meski semua sineas profesional yang dilibatkan berasal dari Indonesia, termasuk 99 ahli efek visual, Lifelike Pictures tetap harus rutin memberi laporan tentang progres pengerjaan film tersebut.
Laporan itu detail, mencakup dari hal-hal teknis hingga biaya produksi.
FIP juga menangani distribusi film itu di luar Indonesia dan promosi film tersebut.
Promosi yang sudah dilakukan oleh Fox tahun ini adalah menghadirkan Wiro Sableng dalam trailer parodi film Fox Deadpool 2 dan memutar trailer film Wiro Sableng pada acara screening film Deadpool 2 di Singapura.
"Enggak pernah ada film Indonesia bisa promotion dengan film Fox dan kami melakukan itu," tekan Lala.
Sementara itu, sebagai bagian dari distribusi oleh Fox, film Wiro Sableng akan diputar di Malaysia dan Singapura.
"Kemudian juga distribusi, karena mereka punya distribusi di seluruh dunia, jadi itu yang di- handle oleh Fox," tambahnya.
mengangkat derajat
"Satu kata yang bikin saya dan keluarga itu percaya (kepada Sheila Timothy) dan tergugah, saya baru ketemu ada orang yang bilang bahwa, 'Saya mau angkat Wiro Sableng ke level yang lebih tinggi'," kisah Vino G Bastian, yang juga merupakan salah seorang ahli waris IP Wiro Sableng, kepada Kompas.com.
"Nah, itu buat saya luar biasa dan itu dibuktikan oleh dia. Bahwa ternyata perusahaan besar seperti 20th Century Fox, mau mengambil film ini," lanjut Vino, yang berperan sebagai Wiro Sableng dalam film tersebut.
"Ketika saya memutuskan memproduksi film Wiro Sableng ini, saya tahu bahwa kami akan masuk ke level yang lebih tinggi, level di atas film-film yang pernah kami buat," ujar Lala secara terpisah.
"Saya tahu bahwa untuk film sekaliber ini saya butuh support enggak cuma dari dalam negeri. Saya butuh ini naik level, enggak cuma investasi uang, tapi juga ada transfer knowledge, ada pembelajaran, enggak cuma di Indonesia, tapi juga ke negara-negara lain," lanjutnya.
Di samping itu, seiring pengerjaan film tersebut, Lifelike Pictures juga mengembangkan IP Wiro Sableng menjadi merchandise hingga games.
“Jadi, ini bener-bener seperti dream project-lah bagi kami film maker. Semuanya nuangin ide dan semuanya semangat memberi yang terbaik," tuturnya.
"Fox pun menjadi sangat kagum dengan apa yang kami berikan, karena apa yang kami tawarkan ke mereka adalah sesuatu yang unik, karena berasal dari Indonesia," sambungnya.
"Kalau kami misalnya (menyajikan) martial art pakai kungfu atau wushu, kita akan sama dengan China atau Hong Kong. Tapi, kami bawa Indonesia, pure dengan style baru, unik, dan mereka berpikir bahwa ini sesuatu yang baru. Kami di sini belajar, kami naik level. Kami belajar sesuatu yang rasanya mahal sekali," imbuhnya.
Melihat kerja tim produksi yang dipimpin oleh Lala sebagai produser sekaligus penulis naskah dan sutradara Angga Dwimas Sasongko, Vino meluncurkan pujian.
"Buat saya itu salah satu pembuktian dari produser ke keluarga bahwa Wiro Sableng, lewat film ini, akhirnya mendapat tempat yang lebih tinggi lagi dari apa yang udah pernah kita buat," ujarnya.
"Inilah sebenarnya yang saya sendiri sangat menghargai teman-teman di sini. Kalau saya enggak ikut dalam produksi ini, betapa ruginya saya," tekannya.