Sejak 2022 hingga 2025, Wahana Visi Indonesia (WVI) menggelar program FinWASH4UC(Financing Water, Sanitation, and Hygiene for Universal Coverage). Meskipun namanya financing, yang dilakukan tak cuma membuat instalasi pipa, tetapi lebih fundamental: membangun tata kelola.
Proyek itu semangatnya adalah ko-kreasi, merancang bersama. Sebelum merancang, pemangku kepentingan diajak melihat masalahnya. Terkuak, kesulitan tirta adalah masalah komitmen, dana, pemahaman, kelompok kerja yang belum berjalan, platform perencanaan dan penganggaran, serta tak adanya infrastruktur inklusif.
Pertama, Perangkat desa dan POKJA PKP/AMPL (Pemerintah kabupaten) diajak membuat toolkit yang akan membantu mengidentifikasi kebutuhan dan membuat rencana penganggaran untuk tirta dan pawitra. 5 toolkit dirancang: penampung air hujan, SPAM gravitasi, jamban dan septic tank, SPAM sumur bor, sarana CTPS.
Jurnalisme Warga, Kelas Bersama
Sebanyak 123 orang dewasa (73 laki-laki, 50 perempuan) dan 107 anak (28 laki-laki, 79 perempuan)
mendapatkan pelatihan jurnalisme warga. Pelatihan diharapkan membantu warga saling menyadarkan
pentingnya masalah air dan sanitasi lewat tulisan.
Upaya itu membuahkan hasil. Bank NTT akhirnya menawarkan produk baru Kredit Sistem Penyediaan Air dan Sanitasi (KSPAMS). Bank Kalimantan Barat juga menawarkan Kredit Air Minum dan Sanitasi (KREASI). Tak cuma perbankan, Koperasi Sangosay di NTT, Credit Union Keling Kumang dan Lantang Tipo di Kalimatan Barat pun tergabung dalam jejaring.
WVI melatih penggunaan Siskeudes 578 orang staf pemerintah, masyarakat, dan mitra. Dengan system laporan terdigitalisasi, pemerintah desa bisa memasukkan data tanpa perlu ke kantor kabupaten dan bisa mendeteksi masalah dalam perencanaan lebih dini. Desa pun lebih tertib administrasi.