Kamu harus menyisipkan potongan RNA SARS-CoV2 ke virus lain yang jadi kendaraan. Lantas, kamu mengirimkan virus kendaraan yang telah direkayasa itu sebagai vaksin.
Kamu bisa cek yang sudah membuat vaksin dengan Viral Vector.
Kamu harus menyisipkan potongan RNA SARS-CoV2 ke virus lain yang jadi kendaraan. Lantas, kamu mengirimkan virus kendaraan yang telah direkayasa itu sebagai vaksin.
Kamu bisa cek yang sudah membuat vaksin dengan Viral Vector.
Pilihanmu bagus!
Ini bisa dibilang virus yang paling menjanjikan. Kandidat milik Universitas Oxford dan AstraZeneca malah akhir Juni 2020 sudah masuk fase 3 uji klinis.
Kamu bisa langsung memilih Viral Vector Vaccine.
Kamu bisa memilih kerjasama dengan Oxford atau membuatnya sendiri.
Ups, kita belum punya kerjasama dengan Oxford.
Kamu bisa mengajukan kerjasama.
Wah.. tidak segampang itu. Karena ini kandidat yang paling menjanjikan saat ini, banyak pihak menawarkan kerjasama. Riset Oxford dan AstraZeneca juga dibiayai oleh institusi di Amerika Serikat dan Eropa sehingga ada kemungkinan mereka akan dapat vaksin ini dahulu. Kompetisi untuk kerjasama dengan mereka sangat ketat sementara Indonesia uangnya cekak.
Kamu bisa jajaki strategi lain atau teriak dunia tidak adil
Memang dunia tidak adil. Ini bukan fakta baru. Vaksin ada belum tentu kamu langsung mendapatkannya. Bukan berarti negara miskin dan punya banyak kasus COVID19 akan mendapat prioritas. Mau tidak mau, kamu harus mempertimbangkan strategi lain.
Kamu akan memulai dari awal. Kalau yakin, kamu bisa terus. Kalau tidak, kamu bisa berpikir kerjasama dengan Oxford?
Ini teknologi yang belum kamu kuasai. Bukan pilihan baik untuk membuatnya sendiri. Mungkin kamu akan makan waktu bertahun-tahun. Lebih baik pertimbangkan strategi lain.
Published:
Copyright 2020. Kompas.com