Kamu harus mengembangbiakkan virus di lab lebih dahulu lalu mematikannya. Caranya bisa dengan bahan kimia atau panas. Virus yang sudah tidak aktif lalu disuntikan ke tubuh.

Kamu bisa Cek lembaga yang sudah membuat vaksin dengan strategi inactivated vaccine.

Vaksin buatan empat perusahaan china sudah melakukan uji klinis dengan teknik ini. Sinovac salah satunya. Vaksinnya sudah masuk uji fase 2.

Kamu bisa Langsung pilih inactivated vaccine, bisa juga lihat-lihat strategi lain.

Kamu bisa memilih Kerjasama dengan sinovac atau membuat vaksin jenis ini sendiri agar mandiri.

Kabar baik, sinovac sudah berhubungan erat dengan biofarma. Kamu bisa Lanjutkan kerjasama dengan mereka.

Mengembangkan vaksin sendiri dengan virus inaktif mungkin tidak tepat. Belum ada institusi di indonesia yang menyatakan bersedia mengembangkan dengan cara ini. Mungkin Kamu perlu pertimbangkan strategi lain atau kerjasama dengan sinovac

Kamu akan menerima kandidat vaksin dari Sinovac untuk diujikan ke warga Indonesia. Tidak ada jaminan ini efektif.

Ada kandidat inactivated vaccine lain dari Immunitor. Mereka akan kerjasama dengan Institut Penyakit Tropis Universitas Airlangga untuk tes fase I dan II.

Punya Immunitor unggul karena vaksin minum, pengirimannya tak butuh pendingin. Tapi yang paling siap kamu pilih adalah Sinovac.

Seorang wartawan menelponmu. kamu harus angkat.

Sudah ada vaksin belum, prof? rakyat cemas!

Jawabanmu?

Belum ada sampai sekarang.
Sudah. Kita akan impor dari china.

Vaksin belum ada. Kamu harus menyampaikannya dengan tegas agar rakyat lebih waspada.

Sekarang, kamu harus memikirkan langkah jangka panjang. kamu bisa
merencanakan vaksin buatan sendiri maupun puas dengan mengimpor.

MEngimpor mungkin murah. tapi, keputusanmu tidak akan mengembangkan ilmuwan negaramu. jika wabah penyakit berkembang pada masa yang akan datang, kamu akan tidak siap lagi dan terpaksa bergantung pada negara lain.

kamu bisa masa bodoh dengan ini atau merencanakan vaksin buatan sendiri.

Bagus! Indonesia harus bisa membuat vaksin sendiri.

Kamu bisa pilih cara terbaik melakukannya.

Kamu bisa pakai Virus lemah, Virus mati, Protein, atau Materi genetik.

STrategi kerjasamamu dengan China tepat. tapi mengembangkan vaksin sendiri dengan melemahkan virus mungkin tidak. belum ada institusi di Indonesia yang menyatakan bersedia mengembangkan dengan cara itu.

Lihat Cara lain.

Strategi kerjasamamu dengan china tepat. Tapi mengembangkan vaksin sendiri dengan virus inaktif mungkin tidak. belum ada institusi di indonesia yang menyatakan bersedia mengembangkan dengan cara itu.

Lihat Cara lain.

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman punya pengalaman baik mengembangkan vaksin protein. Caranya dengan menyisipkan potongan materi genetik virus ke bakteri lebih dahulu sehingga protein yang nantinya jadi vaksin bisa dihasilkan. Biofarma juga punya kemampuan menghasilkannya. Ini cara yang paling mungkin dilakukan Indonesia untuk bisa memproduksi vaksin sendiri. Tapi untuk benar-benar bisa mewujudkannya, Ada hal penting yang harus kamu lakukan.

Vaksin dengan materi genetik adalah teknologi baru. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pernah mengembangkannya untuk malaria tetapi hasilnya kurang memuaskan. Sampai sekarang, belum ada vaksin materi genetik yang beredar di pasaran. Kalau berhasil, kamu akan berjasa bagi dunia tetapi kamu juga bisa nombok besar jika gagal. Indonesia masih serba terbatas dalam riset dengan pendekatan ini. Jadi mengembangkan vaksin sendiri dengan materi genetik bukan pilihan terbaik.

Lihat Cara lain.

Selamat, kamu telah menemukan cara untuk mengusahakan vaksin bagi Indonesia. Setidaknya, cara yang paling strategis untuk saat ini.

Tapi kamu harus tahu, kamu berhadapan dengan satu masalah. Dana awal pengembangan vaksinmu hanya Rp 5 miliar. Untuk perbandingan, AstraZeneca dan Oxford punya dana Rp 1,2 triliun dan Imperial College London Rp 740 miliar. Malah, lomba inovasi new normal punya dana Rp 168 miliar. Kamu harus meyakinkan Presiden untuk meningkatkan Investasi riset sehingga Indonesia benar-benar bisa menghasilkan vaksin sendiri.

Kembali ke Awal
Lihat Kredit
Produser
Yunanto Wiji Utomo
Naskah dan Edit
Yunanto Wiji Utomo
Storyboard
Georgious Jovinto
Ilustrasi dan Desain
Andika Bayu
UI/UX Engineer
Haman
Penyelaras Bahasa
Erwin Hutapea
Penerjemah
Oik Yusuf
Supervisor
Donald Yudi Winarso

Published:

Copyright 2020. Kompas.com