image

Halo, Prof! Ya, kamu Prof!

Kamu adalah profesor ilmu virus. Kamu pintar menentukan senjata tepat untuk memerangi penyakit. Sekarang, Presiden memintamu untuk mencari vaksin SARS-CoV2 bagi Indonesia.
Apakah kamu terima tantangan ini? Atau kamu sudah terlalu lelah?

icon finger Klik teks berwarna merah untuk memilih !
image image

Kamu pemberani, Prof! Dunia akan berhutang padamu kelak.

Kamu tak bisa membuat vaksin dalam waktu bertahun-tahun seperti biasanya. Orang-orang sudah terlalu bosan di rumah. Mereka ingin vaksin siap dalam waktu maksimal 12 bulan. Presiden pun mendesak secepatnya.
Kamu bisa bilang tidak mungkin, tapi juga bisa menaklukkan tantangan dengan berusaha yang terbaik.

image

bagus

Jangan khawatir. Kamu juga sudah punya modal pengetahuan untuk menaklukan jenis baru virus corona ini.

experiment

Ya, kamu tidak buta.

SARS-Cov2 bisa menyerang karena sel kita punya ACE-2, Molekul di permukaan sel manusia yang menyambut si virus. Kamu bisa memutar akal agar penyambutan itu gagal.

Lihat bagaimana vaksin memicu kekebalan tubuh

ilustrasi ilustrasi

Seperti kita, ingatan sel T dan B tak sempurna. Bisa lupa. Lama tidaknya ingatan tergantung vaksinnya. Kalau cepat lupa, artinya perlu suntik vaksin lagi.

Ada beragam strategi untuk melakukannya.

Lihat Kredit
Produser
Yunanto Wiji Utomo
Naskah dan Edit
Yunanto Wiji Utomo
Storyboard
Georgious Jovinto
Ilustrasi dan Desain
Andika Bayu
UI/UX Engineer
Haman
Penyelaras Bahasa
Erwin Hutapea
Penerjemah
Oik Yusuf
Supervisor
Donald Yudi Winarso

Published:

Copyright 2020. Kompas.com


Tentang Proyek Ini

Data di Google Analytics Kompas.com menunjukkan, akses pada berita virus corona lebih sedikit pembaca dari bulan-bulan sebelumnya. Berita yang banyak diakses kembali lagi ke soal hiburan atau, jika pun soal SARS-CoV2, lebih banyak soal sensasi daripada inti.

Tren penurunan akses pemberitaan virus corona ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Data Global Web Index pada April 2020 menunjukkan, dari sekitar 3.000 responden asal Amerika Serikat dan Inggris yang disurvei, 30 persen kembali mengakses berita olahraga dari selebriti.

Dari riset itu juga, terkuak hanya 29 persen generasi Z yang menganggap media daring terpercaya. Sementara yang percaya publikasi ilmiah dan media tradisional seperti koran secara berturut-turut 27 dan 11 persen. Mereka juga lebih banyak mengakses video, game, dan medsos seperti TikTok.

Jurnalisme perlu lebih menjangkau publik. Ada sebuah upaya yang digagas sejak 2000-an, yaitu newsgame. Ian Bogost dalam Newsgame: Journalism at Play mendefinisikannya sebagai perkawinan jurnalisme dan gim. Pembaca tidak hanya menerima pesan secara pasif, tetapi menggali pesan itu lewat gim sebagai mediumnya.

Karena keterbatasan banyak organisasi media, newsgame pastinya bukan seperti PlayerUnknown's Battleground (PUBG). Karenanya, kadang newsgame hanya disebut news gamification, upaya memakai elemen-elemen gim untuk jurnalisme. Sebelum 2010, newsgame banyak hadir dalam format flash. Setelahnya, format populernya HTML5, berupa choose your own adventure game.

Kompas.com lewat proyek gamifikasi ini berupaya menjawab kejenuhan publik sekaligus mengomunikasikan salah satu isu kompleks dalam pandemi COVID-19, yaitu vaksin. Kami sekaligus menjajal kemungkinan format ini dikembangkan untuk menceritakan isu kompleks lain, seperti ketahanan hingga sains dasar seperti fisika.

Kami pilih genre choose your own adventure. Pendekatan ini telah dipakai dalam banyak bidang, mulai serial Black Mirror: Bandersnatch di Netflix, gim Dilan buatan Agate, hingga fiksi interaktif di Wattpad. Konflik, kebingungan, frustasi mampu dicapai lewat genre itu. Anda bisa memberi tanggapan dengan mengisi survei dengan klik tautan ini.

Newsgame pastinya juga harus menganut prinsip-prinsip jurnalisme. Berbasis fakta dan akurat, misalnya. Oleh karena itu, skenario konten ini kami kembangkan berdasarkan wawancara dengan sejumlah peneliti, dokter, dan akademisi. Kami mengemasnya sedemikian sehingga bisa menggambarkan kompleksitas pengembangan vaksin yang kerap tak dipahami.

Sejumlah ahli yang kami wawancara adalah:

Prof Herawati Sudoyo dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman

Ahmad Utomo, PhD; peneliti biologi molekuler independen

Ines Atmosukarto, PhD; CEO startup vaksin Lipotek di Australia

dr Dirga Sakti Rambe MSc, SpPD; vaksinolog dan dokter di Rumah Sakit Omni Pulomas

Satria Arief Prabowo, PhD; Research Fellow di London School of Hygiene and Tropical Medicine

Untuk mencerna materi sains yang kompleks dan menghubungkan dengan ahli, kami juga berhutang pada generasi muda peneliti seperti:

Rama Dhenni, peneliti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang kini sedang menempuh pendidikan doktoral bidang imunologi di Australia

Febrina Meutia, mantan peneliti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang kini tengah belajar di jenjang doktoral soal antivirus di Belanda

Akbar Adjie Pratama, mahasiswa doktoral Ohio State University yang tengah belajar biodiversitas virus

Teddy Wardhana PhD, ahli veteriner di Balitbang Kementerian Pertanian

Apakah konten ini layak disebut jurnalisme? Dalam sejarahnya, walaupun belum banyak berkembang, newsgame kerap menjadi bahan perdebatan.

Newsgame BBC Syrian Journey: Choose Your Own Escape Route menuai kritik karena dianggap mengeksploitasi nasib migran Syria.

Sementara investigasi interaktif Al Jazeera Pirate Fishing yang berhasil mencuri perhatian banyak ahli komunikasi ternyata justru kurang sukses mencapai tujuan awalnya, menjangkau khalayak luas yang kurang paham isu perikanan.

Financial Times mungkin contoh sukses. The Uber Game menerima banyak pujian karena dianggap mampu menyajikan jurnalisme data dengan sangat interaktif, bukan hanya berupa hasil Excell yang disajikan di Power Point, tetapi juga mengemasnya secara populer sehingga menjangkau publik.

Jika Anda adalah peneliti komunikasi atau jurnalisme, Anda bisa mengirim tanggapan lewat tautan ini.

Kami berharap inisiatif ini menuai hasil baik.

Yunanto Wiji Utomo