Lima Insiden e-Commerce Indonesia

Serunya belanja lewat internet semakin terasa di Indonesia pada 2015 ini. Namun, riuhnya e-commerce juga dibarengi oleh beberapa insiden menarik yang bisa jadi pelajaran.

1 Beli iPhone Malah Jadi Sabun

Pada Juli 2015, terjadi insiden pengiriman iPhone "tertukar" dengan sabun.

Seorang konsumen Lazada, salah satu situs belanja online yang beroperasi di Indonesia, melaporkan hal menghebohkan ini.

Perangkat iPhone yang dipesannya, pada saat pengiriman ternyata paketnya hanya berisi sabun mandi batangan.

Kasus ini cukup menarik perhatian dan bahkan sempat menjadi bahan candaan di media sosial. Tak terkecuali dilakukan oleh penyedia layanan belanja online lainnya.

2 Terulang Lagi, Smartphone Jadi Kispray

Lucunya, kasus serupa terulang lagi dalam waktu yang tak terpaut jauh. Sebuah perangkat smartphone Asus yang dipesan konsumen Lazada ternyata "ditukar".

Konsumen tersebut mendapati paket smartphone yang dikirimkan ternyata berisi cairan pelicin dan pewangi pakaian Kispray.

Kedua kasus tersebut, meski kadang membuat geli, seakan menggarisbawahi kekhawatiran konsumen pada layanan belanja online.

Salah satu masalah besar di layanan belanja online adalah kepercayaan. Dua kejadian itu pun bisa membuat masyarakat ragu pada layanan belanja online yang ada.

Untungnya pengelola layanan belanja online itu segera melakukan upaya untuk memperbaiki masalahnya. Kedua insiden itu mengindikasikan masalah di rantai sistem pengiriman barang.

Pihak Lazada untuk kedua kasus tersebut menyatakan sudah menyelesaikannya dengan damai.

3 Insiden Black Panda

Pada pertengahan September 2015 terjadi lagi insiden terkait belanja online di Indonesia. Kali ini kejadiannya di Kaskus, forum online terbesar di Indonesia yang juga riuh menjadi tempat jual-beli.

Di Kaskus, umum adanya penyedia layanan rekening bersama alias rekber. Rekening ini menjadi semacam escrow atau penengah untuk transaksi antar pengguna.

Rekening bersama menjadi salah satu metode yang disukai oleh anggota Kaskus untuk melakukan jual beli di forum tersebut.

Nah, insiden yang terjadi adalah "kabur"-nya salah satu pemilik akun di Kaskus yang merupakan pengelola sebuah rekber yang cukup populer.

Akun dengan nama BlackPanda itu diduga membawa lari uang hasil transaksi yang seharusnya dikirimkan ke pengguna lain.

4 Jualan Gading Gajah Online

Akhir September 2015, sebuah gerakan muncul yang mempetisi penyedia layanan belanja online untuk tidak menjual produk yang terbuat dari gading gajah.

Petisi tersebut dibuat oleh pengguna Change.org bernama Wisnu Wardhana.

Wisnu berkaca dari kasus gajah Sumatera bernama Yongki yang ditemukan tewas dengan lidah membiru dan gading dicabut paksa seminggu sebelumnya.

Wisnu yang juga seorang dokter hewan itu kaget bahwa selama ini cendera mata yang terbuat dari gading gajah ternyata diperjual-belikan secara bebas di situs e-commerce di Indonesia, seperti Bukalapak.com, Lazada.co.id, dan Tokopedia.

"Sebagai konsumer yang cerdas dan masyarakat yang peduli terhadap satwa dilindungi, melalui petisi ini, mari kita sampaikan kepada pengelola toko online besar di Indonesia untuk mencantumkan kebijakannya secara tertulis untuk tidak mengizinkan penjualan produk-produk yang berasal dari semua satwa dilindungi, termasuk gading gajah," tulis Wisnu.

Toko online yang disebut pun akhirnya memutuskan untuk mencabut penjualan produk gading gajah di layanan mereka.

5 "Serangan" Diskon Palsu

Jelang akhir tahun, beberapa layanan e-commerce membuat promosi bertajuk Hari Belanja Online Nasional.

Promosi ini dimaksudkan untuk meningkatkan gairah belanja online di Indonesia dengan menyediakan diskon gede-gedean.

Sayangnya, diskon besar itu kemudian tampak didompleng pihak-pihak tertentu untuk membuat harga yang mengecoh konsumen.

Contohnya, di salah satu layanan e-commerce terdapat penjual yang menawarkan popok dengan diskon hampir 100 persen. Namun, harga asli popok itu dipatok pada angka Rp 130 juta lebih, sehingga harga jual setelah diskon menjadi Rp 93.000-an.

Hari Belanja Online Nasional, kerap disingkat Harbolnas, boleh dikatakan "meniru" kegiatan serupa di Amerika Serikat (Black Friday) maupun China (Singles Day).

Nah, insiden diskon palsu ini menjadi pelajaran menarik bagi pelaku e-commerce di Indonesia dalam pelaksanaannya. Ke depannya diharapkan gelar diskon memang sungguh-sungguh berupa potongan harga bagi konsumen, bukan sekadar promosi yang menyilaukan.